Pelafalan Beberapa Konsonan Bahasa Indonesia oleh Mahasiswa dari Tiongkok
DHAMALIA LANTIKA, Drs. Ariyanto, M.Hum.
2017 | Skripsi | S1 SASTRA INDONESIAPenelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kecenderungan mahasiswa Tiongkok di Universitas Gadjah Mada dan Universitas Ahmad Dahlan di Yogyakarta saat melafalkan beberapa konsonan bahasa Indonesia. Terdapat dua hal yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu kecenderungan mahasiswa dari Tiongkok dalam melafalkan beberapa konsonan bahasa Indonesia dan faktor penyebab kesalahannya. Data dikumpulkan dengan mewawancarai sejumlah mahasiswa Tiongkok kemudian merekam tuturan mereka. Data dianalisis dengan menggunakan aplikasi Praat untuk mendapatkan hasil yang akurat dan disajikan secara formal, yaitu dengan tabel; dan secara informal, secara tertulis. Berdasarkan penelitian ini ditemukan bahwa mahasiswa Tiongkok mengalami kesulitan yang lebih besar saat mereka melafalkan konsonan bersuara yang terletak di awal dan di akhir suku kata daripada di tengah sebuah kata. Pada konsonan gugus dua, mahasiswa Tiongkok cenderung melafalkan konsonan bersuara menjadi konsonan tak bersuara saat bertemu dengan [l] di depan sebuah kata. Misalnya, mereka melafalkan [blangko] sebagai [plangko]. Sedangkan pada konsonan gugus tiga, mahasiswa Tiongkok cenderung mengubah pelafalannya dengan menambahkan [e]. Misalnya pada kata /skripsi/, mereka cenderung melafalkan [sekeripsi]. Kesalahan tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal yang terdiri dari asal, usia, bahasa pertama peserta didik, durasi belajar bahasa Indonesia, lama tinggal di Indonesia, intensitas berbicara dengan penutur asli Indonesia, pendidikan sebelumnya, akses terhadap informasi bahasa Indonesia, dan metodologi pengajaran.
The aim of this research is to explain the tendencies of Chinese students at Gadjah Mada University and Ahmad Dahlan University in Yogyakarta when pronouncing some Indonesian consonant sounds. There are two main objectives in this research. First, the tendency of Chinese students in pronouncing some Indonesian consonant sounds. Secondly, the factors causing the errors of Chinese students in pronouncing some Indonesian consonant sounds. The data was collected by interviewing a number of Chinese students and recording a sample of their speech. Data were analyzed using the Praat application for accurate results and presented formally, that is with tables; and informally, in writing. This research found that Chinese students, in general, tend to have difficulty in pronouncing voiced consonant sounds. Chinese students experience greater difficulty when they pronounce voiced consonant sounds at the beginning and at the end of syllables rather than those in the middle of a word. With two consecutive consonants, Chinese students tend to pronounce voiced consonant sounds rather than unvoiced consonant sounds when they meet the sound [l] at the front of a word. For example, they pronounce [blangko] as [plangko]. With three consonants, Chinese students tend to change the pronunciation by adding a [e] sound; for example with the word /skripsi/, they tend to pronounce it [sekeripsi]. These errors are influenced by external factors consist of origin, age, first language of learners, duration of learning Indonesian language, length of stay in Indonesia, intensity of speaking with Indonesian native speakers, previous education, access to Indonesian language information, and teaching methodology.
Kata Kunci : Kata kunci: pelafalan, fonologi, konsonan bahasa Indonesia, Pembelajar BIPA dari Tiongkok/ Keywords: pronunciation, phonology, Indonesian consonant sound, BIPA learners from China