INTERAKSI SOSIAL EKONOMI DI KAWASAN PERBATASAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA - JAWA TENGAH
GILANG ADINUGROHO, Prof. Dr. R. Rijanta, M.Sc. ; Dr. Luthfi Muta'ali, M.T.
2017 | Tesis | S2 GeografiWilayah perbatasan dan pinggiran merupakan salah satu isu utama dalam pembangunan di Indonesia karena kompleksnya permasalahan. Salah satu bentuk wilayah pinggiran adalah perbatasan antar daerah. Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta menganggap pembangunan wilayah perbatasan sebagai isu utama dalam pembangunan. Pengembangan wilayah perbatasan sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik masing-masing karena perbatasan DIY mempunyai konfigurasi geografis yang beragam. Tujuan penelitian adalah 1) mengeksplorasi interaksi sosial ekonomi, 2) mengidentifikasi penyebab interaksi dan 3) mengidentifikasi kebijakan interaksi di perbatasan DIY - Jawa Tengah. Metode penelitian adalah campuran antara kualitatif dan kuantitatif dengan cara pengambilan data yaitu indepth interview, survei instansi dan observasi. Indepth interview dilakukan kepada stakeholder yang mengetahui atau melakukan moblitas seperti perangkat desa, kepala sekolah, kepala puskesmas atau pedagang. Metode kuantitatif menggunakan perhitungan rumus model gravitasi dan titik henti. Lokasi penelitian berada di 4 kecamatan yaitu Samigaluh, Temon, Tempel dan Gedangsari. Kecamatan perbatasan yang lebih berkembang mempunyai daya tarik lebih besar dibandingkan yang belum berkembang. Kecamatan Tempel dan Temon menjadi tujuan kegiatan sebagian masyarakat di Jawa Tengah. Hal ini berbeda dengan masyarakat di Samigaluh dan Gedangsari yang harus menuju ke kecamatan lain untuk memenuhi kebutuhannya. Ibukota kabupaten menjadi salah satu tujuan interaksi utama bagi kecamatan di kawasan perbatasan. Faktor penyebab terjadinya interaksi adalah aksesibilitas, kelengkapan fasilitas, perbedaan fungsi daerah dan motivasi sosial. Faktor lainnya terkait persepsi kualitas pendidikan di DIY dan sistem BPJS. Kebijakan pemerintah daerah fokus kepada administrasi dan tanda batas daerah, namun demikian sudah ada kerjasama antar daerah. Kerjasama yang sudah dilakukan antara Purworejo - Kulon Progo dan Klaten - Gunungkidul.
Border and hinterland area are main issue in indonesia development because complexity of problem. One of type hinterland area is border area between province or regency. Government of Special Region Yogyakarta gave attention about development in this area in development plan. Development in border area must be consider the characteristic of area. Object in this research are 1) explore social economic interaction, 2) identify reason of interaction and 3) identify government policy in border area. Research used mix method and data sources from indepth inteview, surveys and observation. Our informan are which knows about people mobility in their area, like headman, headmaster, head of health facility and traders. Quantitative method used gravity model and break point theory. Research located in 4 district, that is Samigaluh, Temon, Tempel and Gedangsari. Developed districts have more attractiveness than undeveloped district in border area. Temon dan Tempel district becomes main destination people from central java to get their needs. People from Gedangsari and Samigaluh have to go to other district to get their needs. Capital of regency is main destination for district in border area. Number and completeness of facility, accesibility, social motivation and transportation are reason of people to interact to other area. Other reasons are perception of education quality in Yogyakarta Special Region and health insurance system. Policy of government focus only in administration and build boundary mark however there is already cooperation between regions. There are two cooperation between regions in border area, Purworejo - Kulon Progo and Klaten - Gunungkidul.
Kata Kunci : perbatasan, interaksi, aksesibilitas, kelengkapan fasilitas