HUBUNGAN KONFIGURASI RUANG TERHADAP TINGKAT INTERAKSI WARGA PADA RUSUN TINGKAT TINGGI Studi Kasus Rusun Jatinegara Barat di Jakarta Timur
RIFAN RIDWANA, Dr., Ir. Budi Prayitno, M. Eng. ; Ir. Adi Utomo Hatmoko, M. Arch.
2017 | Tesis | S2 Teknik ArsitekturPembangunan high-rise housing yang merupakan strategi penanganan urban slums di Indonesia masih menyisakan permasalahan space-use behavior bagi penghuninya akibat uncertainty urban settlement behavior masyarakat berpenghasilan rendah yang dulu tinggal di landed housing pada slums area. Konfigurasi ruang pada conventional high-rise housing dinilai belum mampu mengakomodasi kebutuhan interaksi penghuni seperti yang terjadi pada landed housing. Studi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh konfigurasi ruang pada high-rise housing terhadap tingkat interaksi penghuninya serta faktor apa yang paling berperan terhadap hubungan tersebut. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan high-rise housing yang lebih sesuai dengan karakter lokal masyarakat Indonesia. Objek studi yang diambil adalah rusun tingkat tinggi Jatinegara Barat. Studi ini menerapkan mix method research dengan menggunakan metode space syntax dalam menganalisis konfigurasi keruangan dengan melihat nilai konektivitas dan integrasi ruang rusun, lalu dikomparasikan dengan data tingkat interaksi secara nyata hasil analisis space-centered mapping dalam melihat tingkat interaksi dan kecenderungan ruang-ruang yang dimanfaatkan sebagai tempat interaksi pada rusun. Hasil studi ini menunjukkan bahwa: (1) hubungan konfigurasi ruang terhadap tingkat interaksi penghuni rusun Jatinegara Barat dapat bersifat positif maupun negatif. (2) Kesesuaian positif dengan nilai konfigurasi dan tingkat interaksi tinggi ditemukan pada sebagian ruang bersama lantai 1 dan 2 dengan karakteristik ruang terbuka, luas, dan tersedianya elemen pendukung interaksi, sedangkan kesesuaian positif dengan nilai konfigurasi dan tingkat interaksi rendah ditemukan pada ruang-ruang tertutup seperti ruang privat dan koridor sempit di lantai 1 dan 2. (3) hubungan negatif ditemukan pada koridor dan ruang bersama di area lift pada lantai tipikal. Ruang bersama di area lift yang memiliki nilai konfigurasi ruang tinggi dengan luasan besar menunjukkan tingkat interaksi yang rendah. Sedangkan area koridor lantai tipikal dengan nilai konfigurasi yang lebih rendah dengan luasan yang sempit memiliki tingkat interaksi yang lebih tinggi. (4) faktor utama yang mempengaruhi hubungan konfigurasi ruang dengan tingkat interaksi adalah ketersediaan elemen pendukung interaksi seperti kursi, tikar, dan warung dagangan. Faktor lain yang mempengaruhi antara lain: besaran ruang, karakter keterbukaan ruang, konektivitas, teritori, dan faktor pengawasan.
The construction of high-rise flats to minimize urban slum areas in Indonesia still create space-use behavior problems for its residents due to the changes of space configuration between high-rise and landed housing. conventional high-rise flats cannot well accommodate the needs of social interaction as happened in landed housing because of its spatial limitation that lead to uncertainty of space-use behaviour settings. This study aims to understand the relationship between spatial configuration on high-rise flats and social interaction levels of its residents. The object of study is Jatinegara Barat high-rise flats built to relocate slums community from landed housing in Kampong Pulo. This study applies mix method research using space syntax method to analyze spatial configuration by looking at connectivity and space integration values, and then comparing it with social interaction data from place-centered observation to find out the level of interaction and spaces tendency used as interaction place. The results of this study indicate that: (1) the relationship of spatial configuration to social interaction level in Jatinegara Barat flats can be positive or negative. (2) positive relationships are found on the 1st and 2nd floor areas. High configuration values with high interaction levels are found in shared spaces on the 1st and 2nd floors with characteristics such as open space, large space, and availability of interaction supporting elements, while low configuration values with low interaction levels are found in more confined spaces such as private spaces and narrow corridors. (3) negative relationships are found in the corridor and shared space in front of elevator on each typical floors. Shared space in front of elevator that have high spatial configuration value with large area show a low level of social interaction. While corridor with lower configuration value with narrow area but have supporting elements such as chairs, mats, and shops have a higher level of social interaction. (4) this study shows that in the case of relationship between spatial configuration and social interaction, availability of interaction supporting elements have greater influence rather than any other spatial factors.
Kata Kunci : rusun tingkat tinggi, konfigurasi ruang, space syntax dan tingkat interaksi