KAJIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN DI KAWASAN LINDUNG MERAPI AKIBAT LETUSAN GUNUNGAPI MERAPI UNTUK MENDUKUNG FUNGSI LINGKUNGAN BERKELANJUTAN
NURUL HAMID, Dr. M. Pramono Hadi, M.Sc.;Dr. Sigit Herumurti, S.Si.,M.Si
2017 | Tesis | S2 Magister Pengelolaan LingkunganLetusan Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010 secara tidak langsung berdampak pada rusaknya kawasan-kawasan lindung yang sudah di atur dalam Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman No.12 tahun 2012. Penataan ruang merupakan satu proses penting perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang, pada satu wilayah atau kawasan tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengidentifikasi tingkat kerusakan lingkungan dari berat sampai ringan akibat letusan gunung api merapi di kawasan lindung merapi. 2) mengkaji pengaruh tingkat sosial ekonomi masyarakat di kecamatan Cangkringan terhadap kegiatan penambangan pasir dan batu pasca letusan gunung merapi tahun 2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi kasus dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman (1984) (dalam Sugiyono, 2008, hlm. 91) yaitu menganalisis data melalui reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penyimpulan data (data conclusion drawing). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kebijakan dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman terhadap Kawasan Rawan Bencana Merapi sudah cukup baik, namun diperlukan singkronisasi agar diharapkan tidak ada pemahaman yang berbeda dari masyarakat akan "Kawasan Rawan Bencana", sehingga dapat meminimalisir persoalan pemanfaatan ruang. Dampak letusan gunung api merapi di kawasan lindung berdasarkan tingkatan kerusakan dari berat sampai ringan adalah "berat" seluas 47.080 km2, "sedang" seluas 6.856 km2 dan "ringan" seluas 13.084 km2. Kondisi sosial ekonomi sebagian besar masyarakat penambang berada pada tingkat sosial ekonomi rendah sampai sedang. Untuk penambangan di tegalan/pekarangan 30 persen pada kondisi sosial ekonomi rendah dan 70 persen pada kondisi sosial ekonomi sedang. Untuk penambangan di sungai 40 persen pada kondisi sosial ekonomi rendah dan 60 persen pada kondisi sosial ekonomi sedang Sedangkan aktivitas penambangan masing- masing tergolong beraktivitas tinggi yang berpengaruh terhadap tingkat kerusakan lingkungan.
The eruption of Mount Merapi, which occurred in 2010 are not directly impact on the destruction of protected areas that have been set in the Regional Regulation on Spatial Planning Sleman 12 in 2012. Spatial planning is an important process of planning, utilization and control utilization space, on one region or a particular region. This study aims to: 1) identify the extent of environmental damage from heavy to light due to volcanic eruptions Merapi Merapi in protected areas. 2) study the influence of socioeconomic conditions in Cangkringan sub-district of the sand and stone mining activity after the eruption of Mount Merapi in 2010. The method used in this research is a case study with qualitative and quantitative approaches. Analysis of the data using the model of Miles and Huberman (1984) (in Sugiyono, 2008, p. 91) which analyzes the data through data reduction (data reduction), presentation of data (data display), and the conclusion of the data (data conclusion drawing). The results show that in the Planning Policy Spatial Sleman district on Merapi Disaster Prone Region is good enough, but it is necessary synchronization so that expected nothing different understanding of the community will "Disaster-Prone Areas", so as to minimize the issue of utilization of space. Impact of volcanic eruption of Merapi in protected areas based on the level of damage from heavy to light is "heavy" covering an area of 47.080 km2, "is" an area of 6.856 km2 and "light" area of 13.084 km2. Socioeconomic conditions mostly mining community that are in the socioeconomic level is low to moderate. For mining in upland / yard 30 percent in low socio-economic conditions and 70 percent in the socio-economic conditions were. For mining in the river 40 percent in low socio-economic conditions and 60 percent in the socio-economic conditions were While mining activities each relatively high activity which affect the level of environmental damage.
Kata Kunci : Kerusakan kawasan lindung, RTRW, Kondisi sosial ekonomi masyarakat.