Realitas Pelayanan Sosial Pemerintah Kabupaten Bantul sebagai Usaha Meningkatkan Kesejahteraan Lansia Terlantar :(Studi Implementasi Pelayanan Sosial Lansia Terlantar di Kelurahan Tertomulyo, Kretek B
ADDRIYANI, Sibbil Rusdiana, Tri Winarni S
2014 | Skripsi | Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (dh. Ilmu Sosiatri)INTISARI Dewasa ini, tingkat harapan hidup di Indonesia semakin meningkat dan memberi dampak terhadap jumlah lansia yang semakin bertambah. Dilemma tidak dapat dihindari, sebuah pencapaian yang gemilang bagi pemerintah namun juga menaikkan angka ketergantungan. Lansia menjadi permasalahan baru apabila tidak ditangani dengan tepat. Kondisi penduduk miskin yang cukup banyak mempunyai resiko munculnya lansia terlantar. Padahal kesejahteraan adalah hak semua orang begitupula dengan lansia. Pelayanan sosial lansia adalah salah satu hal yang dilakukan pemerintah untuk menciptakan kesejahteraan bagi lansia yang terlantar. Berbagai program diberikan kepada lansia, baik dalam bentuk uang, makanan maupun jasa. Pemerintah Bantul adalah salah satu pihak yang mulai peduli dengan kesejahteraan lansia maka dirumuskan suatu kebijakan untuk memberikan pelayanan sosial secara mandiri kepada lansia di Bantul. Jumlah lansia terlantar di Bantul sendiri menempati posisi kedua di DIY setelah Gunungkidul. Pelayanan sosial lansia terlantar diberikan kepada lansia yang belum mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah baik pusat maupun daerah. Program yang ada dalam pelayanan sosial lansia Bantul yaitu ASLUT, Homecare, dan Pemberdayaan Lansia. Penelitian ini ingin melihat realitas implementasi pelayanan sosial lansia tahun 2013 dari Dinas Sosial Bantul yang diberikan kepada lansia di Kelurahan Tirtomulyo. Teori implementasi Merilee S. Grindle yang mempunyai dua variabel besar yaitu isi kebijakan dan lingkungan implementasi digunakan sebagai acua mengkerangkai penelitian ini. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif jenis analisis deskriptif agar dapat menemukan jawaban yang lebih mendalam. Teknik pengambilan informan dilakukan dengan purposive sampling yang diperkuat dengan snowball sampling. Informan yang diwawancara berjumlah 17 orang dengan informan hasil purposive sampling 13 orang dan hasil snowball sampling 4 orang. Informan penelitian ini terdiri dari Dinas Sosial Bantul, tiga orang penerima ASLUT, dua orang penerima pemberdayaan lansia, satu orang penerima Homecare, tiga orang dari Kelurahan Tirtomulyo yang sekaligus menjadi pendamping ASLUT, Dukuh Soropadan, Kader Karen dan Kergan. Informan hasil snowball sampling yaitu pihak Kecamatan Kretek, PSTW Budhi Dharma, TKSK Kretek, dan Dinas Sosial DIY. Metode pengumpulan informasi melalui observasi, media dokumentasi dan wawancara secara langsung. Hasil di lapangan di triangulasikan baik dengan observasi maupun dokumentasi yang ada sehingga dapat ditemukan hasil yang valid. Lokasi yang dipilih untuk penelitian adalah Kelurahan Tirtomulyo, Kretek karena pada tahun 2013 hanya wilayah itu yang menerima ketiga program pelayanan. Kelurahan Tirtomulyo termasuk ke dalam wilayah pedesaan yang mayoritas penduduknya adalah petani. Hampir semua wilayah desa ini dikelilingi oleh hamparan sawah nan hijau. Hal tersebut menunjukkan bahwa lansia yang ada di wilyah itu dulunya bekerja sebagai petani sehingga tidak mempunyai uang pesangon maupun jaminan hari tua formal. Kenyataan di lapangan menunjukkan beberapa hal mendasar yang sulit untuk melihat perubahan kehidupan lansia terlantar di Tirtomulyo. Terdapat beberapa lansia yang tidak mendapatkan program yaitu program Homecare dan Pemberdayaan Lansia. Sehingga sulit untuk menilai kesejahteraan lansia terlantar di Kelurahan Tirtomulyo berdasarkan program pelayanan sosial lansia Bantul. Hanya penyaluran ASLUT yang berjalan tepat sasaran. Selain itu yang ada dalam daftar pemberdayaan lansia terlihat mempunyai perekonomian yang baik sehingga tidak bisa dikatakan terlantar. Kurangnya komunikasi antarstakeholder mempengaruhi impelementasi program ini. selain itu, terdapat pendataan lansia terlantar yang kurang tepat sehingga perlu ada perhatian yang lebih dalam pendataan. Perumusan program perlu diimbangi dengan strategi yang matang agar tidak menyulitkan pelaksanaan di lapangan. Program yang diberikan akan lebih efektif apabila sifatnya berkelanjutan. Selain komunikasi antarstakeholder yang perlu ditingkatkan, pemantauan dan evaluasi program perlu dilaksanakan secara maksimal agar dapt memberi gambaran implementasi di lapangan dan masukan untuk ke depannya. Kurangnya sumber daya manusia untuk menangani lansia terlantar di luar panti akan terbantu jika pihak kabupaten memiliki panti sosial. Kata kunci: lansia terlantar, kesejahteraan, pelayanan sosial
Kata Kunci : Lansia