Stereotype Antar Etnis dalam Memaknai Pernikahan Campur :(Studi pada Etnis Jawa dan Etnis Tionghoa di Kotamadya Yogyakarta).
WIDITA, Anindya, Arie Sujito
2014 | Skripsi | SosiologiABSTRAKS I Setiap etnis memiliki stereotype. Stereotype ini belum tentu benar, dan tidak dapat digunakan untuk menilai karakter seseorang. Setiap individu adalah unik, setiap manusia tidak dapat disamakan dan dinilai dengan melihat sukunya. Adanya stereotype yang kurang baik dikhawatirkan menimbulkan “perasaan tidak enak” dan menyebabkan hubungan diantara kedua etnis menjadi kurang dekat, sehingga banyak hubungan - hubungan yang seharusnya dapat terjadi dengan mudah, menjadi agak sulit untuk dilakukan. Hal ini menjadi konsen dari peneliti untuk mengkaji hubungan pernikahan campur antara Etnis Jawa dan Etnis Tionghoa. Rumusan masalah dalam skripsi ini ialah bagaimana pandangan Etnis Jawa dan Etnis Tionghoa terhadap pernikahan campur antara Etnis Jawa dan Etnis Tionghoa dengan adanya stereotype yang melekat pada masing - masing etnis. Penelitian ini dilakukan di Kotamadya Yogyakarta, dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Teori yang digunakan ialah Teori Konstruksi Sosial Peter L. Berger. Dari hasil penelitian, Etnis Jawa distereotypekan Orang Jawa sebagai etnis yang berkarakter sabar, nerimo, halus, sopan, perasa, ramah, bebas memilih pasangan, patuh terhadap suami, tidak blak - blakan, tidak bisa dipercaya, kurang tegas, malas, boros, dan suka “ngemplang” Etnis Jawa distereotypekan Orang Tionghoa sebagai etnis yang berkarakter halus, sopan, patuh terhadap suami, rasis, boros, dan malas. Etnis Tionghoa distereotypekan Orang Jawa sebagai etnis yang berkarakter hemat, ulet, tegas, keras, disiplin, jujur, bisa dipercaya, tepat janji, kaya, pekerja keras, suka berwirausaha, pandai menghitung, memiliki insting bisnis tajam, kurang sabar, mengeksklusifkan diri, pelit, kurang sopan, dan tidak bebas memilih pasangan. Etnis Tionghoa distereotypekan Orang Tionghoa sebagai etnis yang berkarakter pekerja keras, hemat, sederhana, sangat memperdulikan keluarga, tidak suka pamer, dan kurang bersosialisasi. Kesimpulan penelitian ini adalah pandangan positif Orang Jawa tentang pernikahan campur yaitu apapun stereotype etnis calon pasangan, pernikahan campur boleh dilakukan asal calon pasangan seagama dan memiliki bibit bobot dan bebet yang baik. Pandangan negatif Orang Jawa tentang pernikahan campur adalah berkaitan mengenai perbedaan agama, biasanya jika etnis berbeda maka agama juga berbeda sehingga akan timbul permasalahan adaptasi. Pandangan positif Orang Tionghoa tentang pernikahan campur adalah apapun stereotype etnis calon pasangan, pernikahan campur boleh dilakukan asal calon pasangannya adalah orang yang baik, dan akan lebih baik jika seiman dalam agama. Pandangan negatif Orang Tionghoa tentang pernikahan campur adalah Pria Jawa distereotypekan sebagai pria yang kurang kerja keras sehingga tidak boleh menikah dengan Wanita Tionghoa. Kata Kunci : Stereotype, Etnis, Pernikahan campur, Jawa, Tionghoa.
Kata Kunci : Pernikahan Beda Agama