Laporkan Masalah

Dinamika Peran Asosiasi Ketetanggaan di Kota Yogyakarta

Wahyu Kuncoro, Mashuri Maschab

2013 | Skripsi | Politik dan Pemerintahan (dh. Ilmu Pemerintahan)

ABSTRAKSI Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) merupakan asosiasi ketetanggaan yang telah lama ada di Indonesia. Keberadaannya sering kali dianggap sebagai sesuatu yang ‘given’ dan diterima secara apriori. Memahami apa yang terjadi pada asosiasi ketetanggaan pasca-reformasi tidak bisa sekedar melihat apa yang muncul saat ini. Apa yang terbentuk saat ini merupakan hasil dari proses panjang dinamika kesejarahan sejak pertama kali ia digagas dan diresmikan. Memahami peran asosiasi ketetanggaan pun tidak hanya melihat dari satu sisi, tetapi melihat dari dua sisi. Pertama adalah sisi negara sebagai lembaga formal; dan yang kedua, sisi masyarakat sebagai institusi informal. Pertemuan keduanya lah yang membentuk dinamika di dalam lembaga RT dan RW ini. Konteks sosial dimana keduanya bertemu dan berinteraksi juga ikut menentukan proses dinamis yang muncul. Konteks perkotaan dengan cirinya yang majemuk tentu memiliki dinamika yang berbeda dengan konteks pedesaan dengan karakter masyarakat agraris yang homogen. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menjawab pertanyaan: Bagaimana Dinamika Peran Rukun Tetangga dan Rukun Warga sebagai Asosiasi Ketetangaan di Masyarakat Perkotaan Yogyakarta? Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus untuk mendeskripsikan suatu entitas dan tindakan entitas, dan juga menawarkan eksplanasi tentang mengapa suatu entitas bertindak seperti itu. Hal ini guna mengetahui dinamika terbentuknya Asosiasi Ketetanggaan yang ada di Indonesia, hubungan antara masyarakat dengan negara yang ada di dalam institusi Rukun Tetangga dan Rukun Warga, serta untuk memahami peran Rukun Tetangga dan Rukun Warga yang ada dalam konteks masyarakat urban/perkotaan di Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, jika dilihat dari karakter asosiasi ketetanggaan yang ada dalam tubuh lembaga RT /RW, kita akan menemukan kesan bahwa institusi ketetanggaan cenderung untuk diformalisasikan dalam lembaga RT dan RW. Pola ini berlaku hampir sepanjang perjalanan sejarahnya, kecuali pada era Orde Lama. Pada era Orde Lama, minimnya perhatian negara yang baru merdeka terhadap organisasi masyarakat dapat menjadi sedikit penjelas mengapa karakter asosiasi ketetanggaan di era ini tidak terformalisasikan. Pada era Orde Baru, kecenderungan yang sama terjadi pada tubuh asosiasi ketetanggaan. Fakta bahwa negara menerapkan model kekuasaan yang otoritarian birokratik telah menyeret RT/RW masuk ke dalam jaringan negara melalui korporatismenya. Dan pada era reformasi, negara tidak lagi bersifat birokratik otoritarian dan menarik diri dari intervensi berlebihan pada asosiasi ketetanggaan. Hal ini mengakibatkan RT/RW seperti ayam yang kehilangan induknya, di satu sisi terjadi kekosongan yang mengakibatkan RT/RW kehilangan orientasinya, dan di sisi yang lain kekosongan tersebut merupakan kesempatan warga untuk lebih mengembangkan dimensi selfgoverning mereka. Kedua, relasi antara negara dan warga negara yang tercermin dalam asosiasi ketetanggaan juga memperlihatkan wajah yang dinamis. Negara tidak selalu dominan dan RT/RW memiliki otonomi relatif terhadap negara. Dengan perubahan watak negara menjadi lebih demokratis dan terbuka, ikut membuka kesempatan yang lebih besar bagi otonomi pada asosiasi ketetanggaaan.

Kata Kunci : Dinamika Asosiasi


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.