Wacana Perlawanan Komunitas Jazz Jogja terhadap Kuasa Representasi Jazz Kelas Atas :(Resistance Discourse of Dominance High-Clss Jazz Representation by Komunitas Jazz Jogja).
HIDHA P, Anggrian, Nurul Aini
2013 | Skripsi | SosiologiABSTRAKSI Wacana Perlawanan Komunitas Jazz Jogja terhadap Kuasa Representasi Jazz Kelas Atas Fenomena jazz sebagai simbol representasi kelas atas telah menjadi wacana baru yang terus berkembang di Yogyakarta. Jazz ditampilkan sebagai produk industri musik yang mahal, hingga secara tidak langsung terjadi pembatasan pengunjung terbatas bagi masyarakat kalangan kelas ekonomi menengah ke atas. Wacana inilah yang terus berkembang di kalangan masyarakat, sehingga menimbulkan citra bahwa jazz adalah salah satu bentuk representasi musik kalangan masyarakat kelas atas. Komunitas Jazz Jogja adalah sekumpulan orang yang memiliki kesamaan minat terhadap musik jazz di Yogyakarta. Berawal dari keinginan untuk berkesian dengan nafas jazz, sekumpulan orang ini kemudian mencari tempat tetap untuk melakukan jam session. Berawal dengan nama Jogja Jazz Club (JJC), komunitas ini terus berproses melakukan penyesuaian dan kerap berpindah-pindah tempat seperti Press Corner, Shaker, Backyard, Big Belly, dan D’Click, hingga akhirnya mengalami fragmentasi menjadi beberapa komunitas seperti Alldint maupun komunitas Samirono. Komunitas Jazz Jogja akhirnya memantapkan posisinya ketika mendapat bantuan pada 2009 dari Bentara Budaya atas keterlibatan Djaduk Ferianto, Romo Sindhunata, dan Aji Wartono dari WartaJazz. Tumbuh kembang komunitas hingga saat ini didasarkan pada tujuan bersama mendekatkan jazz kepada masyarakat, Berangkat dari adanya dominasi trend industri musik jazz sebagai representasi musik kalangan masyarakat ekonomi kelas atas di Yogyakarta, Komunitas Jazz Jogja berupaya melakukan gerakan perlawanan dengan mengeluarkan wacana tandingan berupa mengenalkan jazz yang merakyat kepada seluruh masyarakat. Masalah inilah yang kemudian menarik perhatian peneliti untuk mengkaji bagaimana upaya perlawanan yang dilakukan komunitas ini serta upaya dan apa saja yang turut mendukung wacana perlawanan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode fenomenologi-kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi langsung dan wawancara anggota Komunitas Jazz Jogja. Berdasar hasil penelitian diketahui bahwa Komunitas Jazz Jogja memiliki modal yang menguatkan wacana perlawanan mereka; antara lain modal ekonomi, sosial, budaya, dan simbolik. Dimana keempat modal tersebut bersifat saling beririsan dan saling berhubungan dalam mendukung wacana perlawanan yang ada. Kemudian perlawanan yang digunakan komunitas ini adalah perlawanan terbuka, dimana bersifat terang-terangan, terorganisir, bersifat revolusioner, dan kooperatif. Meskipun bukan perlawanan fisik, tetapi berupa gagasan. Selain itu diketahui juga bahwa kekuatan wacana perlawanan komunitas ini adalah pada adanya perkawinan antara unsur asli jazz dari negara asalnya dengan unsur budaya lokal tempat musik dan komunitas ini berkembang, sehingga lebih cepat diterima oleh masyarakat. Keywords: komunitas jazz jogja, jazz, perlawanan, modal, foucault, bourdieu
Kata Kunci : Strategi Komunikasi