Peran Kelas Borjuis Dalam Pembentukan Demokrasi (Studi pemikiran dalam buku Social Origins of Dictatorship and Democracy)
NAINGGOLAN, Hendra Arditya Sakti Mahulae, Suharko
2012 | Skripsi | SosiologiDemokrasi adalah idaman bagi negara-negara yang pernah mengalami praktek otoritarianisme, termasuk Indonesia. Semboyannya cuma satu, demokrasi sebagai alat atau demokrasi sebagai tujuan. Berbagai resep demokrasi diuji coba demi menghindari perulangan kesewenangwenangan rezim penguasa. Namun sedikit yang menyadari konsekuensinya, bahwa demokrasi rentan menjadi social-engineering yang berujung kepada mekanisme prosedural semata, seperti yang sedang kita alami dewasa ini. Sebaliknya, Barrington Moore menganggap kalau demokrasi bukanlah sesuatu yang bisa ‘dicangkokkan’ ke struktur sosial yang tidak memiliki prasyarat untuk itu. Demokrasi muncul secara alamiah sebagai akibat dari pertentangan dialektis antar kelas sosial dalam masyarakat, bukan atas dasar rekayasa sekelompok elit intelektual atau pemegang kekuasaan yang sibuk mencari cara untuk membangun demokrasi. Pemahaman ini tentu menjauhkan demokrasi agar tidak terjebak dalam praktek ideologis, sebab demokrasi dimaknai sebagai bangunan nilai dan pengakuan atas prinsip hak asasi manusia yang terjawantahkan dalam sebuah sistem politik. Lebih jauh, Moore beranggapan bahwa apa yang bisa disebarkan oleh negara-negara barat tentang demokrasi adalah semangatnya saja, sementara bentuknya tidak. Bentuk demokrasi selalu terkait dengan stuktur sosial yang penuh dengan dinamika pertentangan kelas di dalam masyarakat. Pertentangan tersebut terjadi karena setiap kelas sosial tentu memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Lewat pendekatan seperti itu Moore mencoba menganalisa bagaimana sehingga pertentangan kelas sosial di setiap negara bisa menghasilkan sistem politik yang berbeda-beda pula. Pada kesimpulannya Moore menulis bahwa hanya dalam struktur sosial dengan kelas borjuasi yang kuat saja maka demokrasi dapat tercapai. Kehadiran kelas borjuis mutlak diperlukan untuk terbentuknya demokrasi. “No bourgoisie, no democracy”. Namun senyatanya, ketika kesimpulan ini coba diikuti oleh para aktivis dan intelektual pro-demokrasi Indonesia pada dekade 1980-an, maka yang terjadi adalah kekecewaan terhadap cara pandang Moore tersebut. Sebab di negara kita, kelas borjuis ternyata tidak memiliki mental selayaknya kelas borjuis di Eropa. Pada akhirnya, pemikiran Moore perlahan mulai ditinggalkan karena dianggap tidak mampu memberi jawaban atas kondisi sosial. Tentu saja ini sebuah kesalahan karena Moore tidak sedang menulis sebuah resep untuk membangun demokrasi. Oleh karena itu, saya ingin mengajak pembaca untuk melihat lebih jauh isi dari buku Bariington Moore tersebut. Tentang bagaimana pertentangan kelas sosial dalam masyarakat bisa melahirkan beragam sistem politik. Bagaimana juga seharusnya pengertian Barrington Moore tentang kelas borjuis sebagai elemen penting bagi prakondisi demokrasi tersebut dipahami, serta lebih jauh untuk memahami “demokrasi yang lahir sebagai proses alamiah” seperti yang menjadi argumen dasar dari Social Origins of Dictatorship and Democracy.
Kata Kunci : Demokrasi