Kemenangan Julia Gillard Sebagai Perdana Menteri Perempuan Pertama Australia
OKTAVIA, Wahidah Nur , Eric Hiariej
2012 | Skripsi | Ilmu Hubungan InternasionalPartai Buruh Australia atau Australian Labor Party adalah salah satu partai dengan logika representasi pendukung utama dimana substansi partainya adalah ikatan kelas pekerja. Partai politik yang hanya berpegang pada kepentingan pendukung utamanya tidak akan menjamin dirinya menang pemilu. Padahal memenangkan pemilu adalah jalan mendapatkan kekuasaan untuk menerapkan berbagai ideologi dan kepentingan yang dibawa oleh partai. Oleh karena itu, ada alternatif baru yakni logika kompetisi partai yang mengharuskan partai politik lebih memikirkan strategi pemenangan pemilu yakni logika pemenangan partai dengan sistem catch all party. Berfokus pada usaha meraih sebanyak-banyaknya suara pemilih. Keputusan mengusung Julia Gillard menjadi perdana menteri tampaknya menjadi salah satu logika pemenangan partai yang dilakukan Partai Buruh Australia. Strategi yang dilakukan adalah political branding dan political marketing. Dalam pemilu Agustus 2010, Partai Buruh sebagai brand besar meluncurkan produk mereka melalui seorang Julia Gillard. Untuk pertama kalinya kandidat perdana menteri perempuan diusung. Upaya branding yang dilakukan Partai Buruh menjadi tantangan yang tidak mudah karena terjadinya pergeseran nilai. Political Branding yang dilakukan Partai Buruh dilakukan melalui personal branding Julia Gillard. Upaya-upaya tersebut mempengaruhi pilihan masyarakat saat pemilu. Di sisi lain, rakyat Australia seolah bereaksi positif terhadap kebijakan Partai Buruh tersebut. Hal ini sedikitnya didasari oleh beberapa pertimbangan, antara lain; Pertama, Partai Buruh ingin memakai strategi kampanye yang berbeda dari sebelumnya dengan mengusung calon perdana menteri yang pertama kalinya adalah seorang perempuan. Hal ini dilakukan agar partai yang didominasi oleh simbol laki-laki ini mendapatkan suara pemilih perempuan dalam pemilu dengan mengakomodasi kepentingan perempuan. Dan kini, Julia Gillard menjadi branding salah satu bukti concern partai terhadap kepentingan perempuan dengan lebih serius. Kedua, Gillard adalah orang yang dibranding ahli dan tahu detail mengenai banyak isu sosial, kesejahteraan, dan pembangunan negara. Hal ini dikarenakan pengalamannya di pemerintahan Kevin Rudd sebagai deputi perdana menteri yang juga merangkap sebagai banyak menteri. Posisi strategisnya ini membuat Gillard semakin diperhitungkan oleh Partai Buruh yang catch all party dalam menghadapi masyarakat Australia dengan banyak kepentingan. Ketiga, Gillard dibranding sebagai representasi dari kaum buruh. Sistem catch all party yang dipilih partai membuat lemahnya ikatan ideologi kaum buruh yang direpresentasikan oleh partainya semula. Kelemahan ini dikendalikan oleh partai dengan mengusung orang dari serikat buruh yang mengerti dan paham mengenai kebutuhan dan kepentingan kaum buruh. Gillard yang dulunya adalah pengacara industrial dan mengerti perjuangan kaum buruh dirasa dapat menarik simpatisan tersendiri bagi kaum buruh yang cenderung sudah tidak memberikan suaranya bagi Partai Buruh karena sistem catch all party. Dari pemilu Australia tahun 2010, dapat dilihat adanya beberapa fakta baru dalam politik yakni perempuan yang menjadi kandidat pemimpin di suatu negara dapat memperoleh kemenangan dalam pemilu apabila dibranding baik oleh partai politik yang mengusungnya. Seperti halnya Julia Gillard yang memenangkan pemilu Australia tahun 2010 karena Partai Buruh yang mengusungnya melakukan positioning dan political branding yang baik dan kuat. Kandidat perempuan dalam pemilu belum tentu dapat selalu menang hanya karena ide kesetaraan gender yang sedang menjadi trend. Tanpa adanya upaya political branding, kandidat perempuan juga bisa memperoleh kekalahan dalam pemilu meskipun partai yang mengusungnya adalah partai besar. Seperti yang terjadi di Brazil, Marina Silva calon presiden perempuan dari Partai Hijau (PV) dan Heloisa Helena calon dari Partai Sosialesme dan Kebebasan (PSOL) kalah meskipun diusung oleh partai yang berpengaruh di negaranya. Atau sebaliknya, kandidat perempuan yang dibranding dengan bagus bisa memperoleh kemenangan dalam pemilu meskipun bukan dari partai utama di suatu negara. Sebagai contoh kasus di Lithuania, Dalia Grybauskaite terpilih menjadi presiden perempuan pertama di negara tersebut meskipun ia tidak datang dari partai utama (Partai Demokrat Sosial).
Kata Kunci : Gender