Komunitas Waria sebagai Wadah Representasi Diri (Studi Waria di Kota Yogyakarta)
LEJO, Bergita Paskalina Pricelia , Andreas Soeroso
2011 | Skripsi | SosiologiWanita pria atau biasa disingkat menjadi waria adalah istilah yang digunakan bagi mereka yang mengalami kelainan biologis seperti kelebihan hormon tertentu atau bentuk hormon yang tidak normal sehingga memunculkan kecenderungan seksual yang menyimpang. Penjelasan secara biologis menunjukkan bahwa keberadaan waria bukanlah suatu hal yang diperoleh setelah dilahirkan (acquired) melainkan bersifat bawaan (congenital). Meskipun demikian, pemahaman tersebut tidak serta merta menihilkan kontroversi terhadap keberadaan waria dikalangan akademis maupun sosial masyarakat. Oleh karenanya waria sering mengalami represi sosial sebagai akibat dari identitas dirinya yang dipahami melenceng dari nilai dan norma yang berlaku. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan data wawancara dan observasi. Teknik snowball sampling digunakan sebagai basis awal mengumpulkan informan. Dengan mendapatkan key informan yang memahami seluk beluk kehidupan waria, maka peneliti dapat memperoleh informan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian. Penelitian ini bersifat eksplanatif, berusaha membaca data dan melakukan interpretasi terhadap data sehingga didapatkan penjelasan bersifat narasi yang lebih mendalam dalam memahami komunitas waria sebagai wadah representasi diri. Dalam penelitian ditemukan bahwa, sebagian informan yang mengalami konflik dan penolakan di awal penegasan diri sebagai waria cenderung lebih berani menghadapi resiko di dunia pekerjaan dan dalam hal membentuk relasi sosial dengan masyarakat. Sedangkan waria yang tidak mengalami konflik pada tahap awal penegasan justru menerima kondisi sebagai waria yang terbatas dalam mengakses pekerjaan-pekerjaan formal dan tumbuh sebagai individu yang kurang berani mengambil resiko. Hal ini menjelaskan bahwa pada kondisi masyarakat marginal, tanpa mempertimbangkan golongan marginal apapun, hanya ada dua kemungkinan yang muncul dari represi sosial yang dialami yaitu keberhasilan dalam merepresentasikan diri ataukah kegagalan dalam merepresentasikan diri. Dalam konteks kehidupan waria, kegagalan maupun keberhasilan tampak melalui proses representasi diri waria terutama dalam proses memanfaatkan jaringan sosial mengusahakan modal-modal dalam proses hidup mereka. Penelitan di lapangan menemukan pula bahwa komunitas waria merupakan modal sosial waria yang paling utama. Komunitas memiliki fungsi-fungsi yang mampu mengakomodir kebutuhan waria sebagai kelompok marginal. Komunitas mampu memberikan ruang bagi waria untuk mengakses kebutuhan dirinya seperti kesempatan untuk berekspresi, mendapat keterampilan, dan pacar. Dalam ranah komunitas inilah para waria membentuk jaringan sosial untuk keberhasilan representasi diri. Pacar atau penyuka waria ini memegang peranan penting dalam proses identitas dan bertahan waria. Pacar waria kerap dianggap sebagai anak angkat, dalam bahasa waria dikenal sebagai “anak timun”. Berangkat dari itulah waria kemudian memiliki keluarga dan jaminan hidup secara sosial dan ekonomi di hari tuanya. Dinamika kehidupan waria memiliki keunikan tersendiri karena menyangkut proses kehidupan komunitas yang termarginalkan, bagaimana mereka bernegosiasi dengan lingkungan sosial di tengah represi sosial yang membatasi ruang gerak mereka untuk berkembang menjadi individu-individu yang memiliki identitas yang dihargai. Komunitas adalah jawaban bagi kaum waria karena menyediakan ruang bagi mereka untuk mengakses kebutuhan sosial maupun ekonomi.
Kata Kunci : Waria