Laporkan Masalah

Kenakalan Siswa Pada Sekolah Berbasis Agama (Studi di MA Muhammadiyah Gedongtengen dan SMA Bopkri 3 Yogyakarta)

Wening P. Nursyakbania, Nurhadi

2011 | Skripsi | Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (dh. Ilmu Sosiatri)

Kenakalan dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja, tanpa mengenal usia, latar belakang, pendidikan, dan jenis kelamin. Setiap orang mempunyai kenakalan sendiri yang ekspresinya muncul dalam berbagai bentuk, baik terang-terangan maupun secara tersamar yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri atau keluarga. Salah satu kelompok yang selalu dikaitkan dengan kenakalan adalah remaja. Dalam usianya yang belum mapan secara kedewasaan, kasih sayang, maupun keuangan, seringkali remaja menjadi target untuk dipersalahkan oleh orang dewasa atas kenakalan yang dilakukannya. Padahal belum tentu kenakalan yang dilakukan remaja datang atas inisiatif dan kemauan remaja/siswa seutuhnya, melainkan juga karena situasi dan kondisi remaja yang mendorong para remaja pada tindak kenakalan. Selain itu seringkali kuatnya faktor penyebab kenakalan tidak sebanding dengan kuatnya benteng pertahanan berupa pembinaan moral maupun agama yang dilakukan oleh keluarga maupun sekolah, sehingga kenakalan yang dilakukan dalam hal ini oleh siswa pada sekolah berbasis agama tetap saja terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab kenakalan siswa pada sekolah berbasis agama yang membentuk tindak kenakalan mereka, di tengah kuatnya penanaman nilai-nilai keagamaan pada kedua sekolah tersebut. Penelitian ini menggunakan dua sekolah berbasis agama, yaitu; MAM Gedongtengen berbasis agama Islam, dan SMA Bopkri 3 berbasis agama Kristen sebagai objek penelitian. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologis untuk melihat apa sebenarnya penyebab kenakalan siswa yang marak terjadi pada kedua sekolah berbasis agama tersebut. Penelitian ini menggunakan purposive sampling sebagai teknik pemilihan informan dengan mengambil 4 pihak di sekitar siswa, antara lain; 4 orang tua/wali/keluarga siswa yang bertanggung jawab penuh atas kenakalan siswa yang terjadi serta sebagai pihak penanam nilai-nilai keagamaan utama bagi siswa,8 guru sebagai pengganti orang tua siswa di sekolah sekaligus penanam keagamaan utama di sekolah, 9 orang dari siswa itu sendiri baik siswa pelaku kenakalan maupun siswa minim pelaku kenakalan, dan 7 orang dari masyarakat sekitar sekolah sebagai saksi hidup atas kenakalan yang kerap kali dilakukan siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan, kunci dari semua kenakalan yang dilakukan siswa tersebut terdapat pada hancurnya struktur keluarga siswa, dan siswa mencoba mencari pelampiasan diluar keluarga, tidak berfungsinya kedua sekolah agama dengan baik sehingga tidak adanya penerapan disiplin spiritual yang baik pada kedua sekolah berbasis agama tersebut. Padahal aplikasi disiplin spiritual kekuatan utama yang dapat mencegah seseorang untuk melakukan tindak kenakalan. Siswa-siswa yang tidak diuntungkan secara psikologis karena struktur keluarga yang pincang atau iklim keluarga yang tidak sehat untuk membuat remaja tumbuh dan berkembang secara baik, kegagalan hubungan remaja dengan pihak-pihak disekitarnya, tidak adanya suri tauladan baik di sekolah maupun di rumah, tidak adanya displin spiritual yang baik pada kedua sekolah, hingga lingkungan pergaulan remaja itu sendiri yang seringkali membawa dampak negatif bagi keberkembangan remaja/siswa. Mereka membutuhkan sebuah tali kekang yang dapat mengendur ketika para remaja membutuhkan sebuah pergaulan antar sebaya mereka diluar remaja untuk mengaktualisasikan diri mereka pada sebaya mereka, dan tali kekang sebagai penarik dalam bentuk hukuman tegas bagi setiap kenakalan lengkap dengan pendampingan yang juga dapat menarik mereka ketika mereka terlalu jauh melangkah dari batasan nilai keagamaan dan norma sosial yang ada. Saat remaja/siswa melakukan kesalahan sudah selayaknya pihak-pihak yang berdekatan dengan para siswa melakukan usaha pendampingan dan hukuman secara seimbang, agar tidak terjadi pengulangan atas kenakalan yang telah dilakukan remaja/siswa tersebut. Keywords: Sekolah agama, Kenakalan, Hancurnya struktur keluarga siswa, Disiplin Spiritual

Kata Kunci : Kenakalan Anak


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.