Rentenir Berkedok Koperasi (Studi di Pasar Kranggan Yogyakarta)
Risma Dewi Astika, Djoko Suseno
2010 | Skripsi | Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (dh. Ilmu Sosiatri)Dewasa ini telah banyak lembaga keuangan yang menyalurkan kredit, baik lembaga keuangan formal maupun informal. Masing-masing lembaga menempuh caranya sendiri bagaimana untuk mendapatkan nasabah mulai dengan menjanjikan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Meskipun berjalan secara bersama namun rentenir yang mewakili lembaga keuangan informal lebih banyak menyalurkan kredit kepada nasabah. Berbagai kelebihan yang dimilikinya selalu menarik nasabah untuk memanfaatkannya. Untuk memperkecil nasabah yang meminjam kredit dari rentenir maka pemerintah membuat suatu kebijakan dengan mengucurkan sejumlah dana untuk kredit lunak. Selain itu pemerintah juga menghimbau agar lembaga keuangan formal terutama bank, koperasi, BMT semakin mendekatkan diri kepada masyarakat dengan mempermudah birokrasi. Selama ini birokrasi yang ditetapkan oleh lembaga keuangan formal memang terlihat rumit sehingga masyarakat yang ingin memanfaatkannya menjadi tidak tertarik terlebih dahulu.Namun upaya yang dilakukan oleh pemerintah belum sepenuhnya berhasil karena masih banyak saja rentenir yang yang melakukan prakteknya terutama di Pasar Kranggan. Rentenir saat ini pun tidak hanya perorangan akan tetapi juga ada yang diwadahi oleh suatu lembaga seperti koperasi dan dimodali oleh orang lain. Penelitian ini bertujuan untuk menggali sejauh mana penerimaan pedagang mengenai kredit dari rentenir. mengapa mereka masih menerima sebab saat ini telah banyak program dari lembaga keuangan formal yang menawarkan kredit dengan bunga kredit yang rendah serta system yang mudah. Teknik pemilihan informan dilakukan dengan cara snowball. Ini dilakukan untuk mendapatkan informan yang kreditable dibidangnya. Informan tersebut yaitu petugas pengelola pasar Kranggan, nasabah (pedagang), rentenir. Metode penelitian yang dilakukan disini menggunakan metode penelitian kualitatif karena metode tersebut lebih sesuai dengan permasalahan yang ada dan dapat menganalisis realitas social secara mendalam. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan paradigma perilaku social dengan teori exchange sebab dalam teori ini menerangkan bahwa selama proses interaksi berlangsung maka akan timbul suatu fenomena baru antara nasabah dengan rentenir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih diterimanya rentenir di Pasar Kranggan ini karena tidak berjalannya peraturan yang melarang adanya praktek rentenir meskipun sebenarnya peraturan itu ada. Selain kemudahan serta tanpa adanya agunan yang menjadi daya tarik nasabah untuk meminjam kredit dari rentenir. Kemunculan rentenir berkedok koperasi merupakan salah satu penemuan dalam penelitian ini. Koperasi simpan pinjam mulai menawarkan kredit kepada pedagang namun tidak sesuai dengan paraturan yang seharusnya dilakukan oleh koperasi. Koperasi ini meminjamkan kredit kepada pedagang sama seperti rentenir dengan menetapkan bunga kredit yang tinggi dan tanpa adanya agunan. Koperasi berkedok rentenir yang ditemukan disini resmi mempunyai ijin operasional sebagai koperasi simpan pinjam, bahkan mempunyai beberapa buah anak cabang namun dalam menawarkan kredit kepada nasabah menggunakan cara yang sama dilakukan oleh rentenir. Berbagai cara dilakukan oleh rentenir berkedok koperasi untuk mendapatkan nasabah baru dan juga mempertahankan nasabah lama agar mereka tetap memanfaatkannya untuk mendapatkan kredit seperti meningkatkan jumlah kredit yang boleh dipinjam untuk nasabah lama serta memberikan batas waktu yang lebih dalam masa pengembalian kredit.
Kata Kunci : Kredit; Koperasi