Dinamika Kelompok PPBW (Paguyuban Pengrajin Batik Wijirejo) Sebagai Media Komunikasi Dalam Upaya Mengembangkan Usaha Kerajinan Batik Pasca Gempa 27 Mei 2006 (Daerah Istimewa Yogyakarta) (Studi di Desa
Ilham Febri Purnomo, Agnes Sunartiningsih
2010 | Skripsi | Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (dh. Ilmu Sosiatri)Negara Indonesia memiliki berbagai macam kesenian, salah satunya adalah kesenian batik yang merupakan warisan budaya secara turun-temurun oleh Bangsa Indonesia. Oleh karena itu kita wajib menjaga dan melestarikan agar menjadi kesenian yang mempunyai nilai jual tinggi dan mampu menjadi kebanggaan Bangsa Indonesia di mata internasional. Dalam penelitian di Desa Wjirejo, Pandak, Bantul, penulis ingin mengetahui bagaimana dinamika Paguyuban Pengrajin Batik Wijirejo (PPBW) dalam mengembangkan usaha mereka pasca gempa DIY tahun 2006. Penelitian yang dilakukan di Desa Wijirejo mengenai dinamika PPBW ini menggunakan sequential-stage theory mengenai perkembangan kelompok yang dikemukakan oleh Bruce W. Tuckman. Dalam teorinya, Tuckman menjelaskan ada lima tahapan yang dilalui dalam proses perkembangan kelompok, yaitu: forming (mennetukan tempatnya dalam kelompok), storming (timbul konflik), norming (norma sebagai acuan perilaku), performing (kerja sama), dan adjourning (bubar). Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metode pendekatan diskriptif analitik. Untuk pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan artikel, termasuk pustaka. Teknik peneltian yang digunakan adalah dengan pengambilan sampel dan penentuan informan (purposive sampling dan snowball sampling), meliputi pengrajin batik (8), pemerintah daerah (1) dan pemerintah desa (1). Untuk Teknik pemeriksaan keabsahan data menggunakan triangulasi, yaitu mencocokkan data yang diperoleh di lapangan, dalam hal ini adalah data antara para pengrajin batik di Desa Wijirejo dengan Bapak Lurah Wijirejo dan Bapak Mursidi dari dinas Perindustrian,Perdaganagn dan Koperasi Kabupaten Bantul. Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa PPBW awalnya dibentuk karena para pengrajin batik di Desa Wijirejo perlu mempunyai wadah untuk dijadikan sebagai media komunikasi dalam memecahkan berbagai masalah yang terjadi di antara sesama pengrajin, baik itu dari segi harga, motif maupun pewarnaan sehingga terjadi persaingan yang sehat. Melalui pertemuan mereka saling menyampaikan gagasan, ide, dan pendapat dalam mengembangkan usaha mereka. Namun, di dalam perkembangannya, PPBW ini mengalami kemandegan karena beberapa faktor, seperti krisis ekonomi Indonesia tahun 1997 dan bencana gempa yang melanda DIY tahun 2006, ditambah lagi sekarang pertemuan tidak lagi berjalan. Akan tetapi, dengan pengalaman yang dimiliki para pengrajin sebelumnya dan pelatihan yang diberikan oleh pemerintah Kabupaten Bantul, mereka mampu mengembangkan usaha mereka sendiri dengan mampu menhasilkan berbagai variasi produk, baik itu dari motif maupun pewarnaannya sendiri. Rekomendasi yang ditawarkan dalam kajian penelitian, yaitu hendaknya pertemuan bisa dihidupkan kembali untuk saling bertukar pikiran dalam menunjang perkembangan usaha mereka sehingga bisa lebih kreatif dan meningkatkan produksi mereka. Keyword : dinamika kelompok, komunikasi kelompok, pengrajin batik
Kata Kunci : Industri Kecil