Laporkan Masalah

INTEGRASI IMIGRAN MUSLIM DI ITALIA

FAUZIA ARIANI, --

2010 | Skripsi | Ilmu Hubungan Internasional

Imigrasi di Italia mulai intensif pada dekade 1970an, dimulai tepatnya pada 1972. Namun, aliran pesat imigrasi merupakan fenomena baru yang terjadi sepuluh tahun terakhir. Pada dekade yang sama, isu-isu terorisme dan radikalisme Islam mulai mencuat dan menampakkan taringnya di seluruh dunia. Ketika jumlah imigran di Italia semakin menunjukkan grafik naik yang signifikan, masalah ini menjadi sorotan. Kebanyakan imigran masuk ke Italia untuk mendapatkan pekerjaan. Italia memang memiliki kebutuhan tinggi akan tenaga kerja, khususnya tenaga kerja kasar. Namun kehadiran para imigran juga dianggap menjadi penyebab meningkatnya kriminalitas di Italia. Isu imigran kemudian tidak hanya menjadi isu perubahan demografi, namun meningkat menjadi isu keamanan sosial. Padahal, tak dapat dipungkiri bahwa imigran sebenarnya telah menyumbangkan prosentasi signifikan bagi pertumbuhan ekonomi Italia yang kekurangan tenaga kerja karena angka kelahiran yang rendah. Imigran yang kemudian paling menjadi sorotan di Italia adalah imigran muslim, mengingat jumlahnya yang bertambah dengan pesat sehingga saat ini Islam menjadi agama kedua terbesar di Italia, juga karena peristiwa-peristiwa pemboman yang mengatasnamakan agama Islam. Kehadiran imigran muslim dianggap berbahaya, mengancam eksistensi budaya ke-Katolik-an Italia, bahkan mengarah pada anggapan bahwa imigran muslim sedang mengislamkan Italia. Hal tersebut kemudian menjadi penghalang proses-proses dan upayaupaya integrasi imigran muslim dengan masyarakat dan negara di Italia. Posisi imigran muslim sendiri di Italia sebenarnya telah dijamin oleh Konstitusi Italia yang menyatakan adanya kebebasan beragama bagi semua. Meski Italia memiliki perjanjian khusus dengan Gereja Vatikan yang tersebut dalam Pakta Lateranensi, namun Konstitusi Italia mengizinkan semua agama berkembang. Meski demikian, suatu agama bisa lebih diakui karena mendapat posisi politik di Italia jika melakukan perjanjian dengan negara yang disebut Intesa, yang ditandatangani oleh pemerintah dan perwakilan nasional komunitas perkumpulan agama tersebut. Islam di Italia mengalami hambatan dalam perkembangannya untuk bisa memiliki Intesa dengan pemerintah, dikarenakan beberapa hal. Yang pertama, Islam di Italia yang mayoritas didominasi oleh imigran, berasal dari 30 negara yang berbeda. Perbedaan negara asal ini belum dapat diakomodasi oleh mereka sendiri, sehingga kemudian menimbulkan perpecahan internal. Banyak organisasi Islam berdiri berdasarkan negara asal. Karena itu, imigran muslim di Italia dianggap belum cukup matang untuk memiliki representasi nasional untuk dapat menandatangani Intesa dengan pemerintah. Namun, upaya terus dilakukan oleh para imigran muslim, hingga tahun 2008 terbentuklah Federasi Islam Italia, yang hingga saat ini diharapkan paling mampu menjadi tumpuan untuk di masa yang akan datang menyatukan suara imigran muslim Italia secara nasional dan melakukan perjanjian-perjanjian politik dengan pemerintah. Pada sisi pemerintah, upaya-upaya yang berupa kebijakan imigrasi dan multikulturalisme terus menuai pro dan kontra. Kebijakan imigrasi dalam perkembangannya memang semakin sistematis dan detail, namun sekaligus dianggap paling tidak toleran terhadap imigran, khususnya pasca tragedi 9/11. Imigran pekerja kemudian dianggap hanya menjadi sapi perah yang bekerja untuk ekonomi Italia, namun tidak diperhatikan secara budaya dan hak asasinya. Di saat yang sama, pemerintah melalui departemen-departemen tertentu membentuk program-program multikultur untuk integrasi dan pemahaman antarbudaya. Pada konteks imigran muslim, pemerintah pada 2005 membentuk Consulta Islam, yang meski sifatnya hanya konsultatif, namun menjadi titik tolak terpenting bagi pengakuan eksistensi Islam dan imigran muslim di dalam pemerintahan. Disadari bahwa benturan antarperadaban antara Islam dengan budaya barat-Katolik yang dimiliki Italia memang tak terhindarkan. Terbukti bahwa dari level grassroot masih terdapat segregasi yang cukup tinggi sebagai akibat dari adanya fenomena Islamofobia, yang semakin memuncak pada satu dekade terakhir, yaitu setelah tragedi 9/11. Isu imigrasi dan Islam yang sudah meruncing juga dimanfaatkan sebagian elemen politik semata untuk meraih suara dan popularitas di masyarakat, contohnya dengan pernyataan lisan tentang inferioritas Islam dan pelecehan terhadap masjid-masjid, yang kemudian mempengaruhi pula pada opini publik. War on terrorism dijadikan amunisi oleh pemerintahan Berlusconi yang menjabat pasca tragedi WTC hingga saat ini, untuk meraih suara dan popularitas. Terlebih, partai konservatif sayap kanan seperti koalisi Berlusconi tersebut, merupakan partai yang sejak awal memang anti-Islam dan anti-imigran. Dari analisis ditemukan bahwa imigran muslim menjadi kelompok yang dianggap paling sulit dapat membaurkan diri ke dalam masyarakat. Dilihat dari sisi masyarakat, Italia terlihat belum cukup mampu menerima perbedaan sosial, budaya, dan agama yang dianggap terlalu jauh dari budaya mereka sendiri. Selain itu, ada kekhawatiran akan adanya terorisme merupakan salah satu faktor penting mengenai sterepotyping terhadap muslim, yang mempersulit adanya integrasi. Selain itu, pasang surut hubungan Vatikan dengan Islam juga menjadi faktor penting, sebab Vatikan masih merupakan bagian penting dari Italia dengan budaya Katoliknya. Di sisi imigran muslim, kendala bahasa dan budaya merupakan faktor penting yang menjadi tembok penghalang antara mereka dengan masyarakat. Banyak dari para imigran merasa kurang cocok dengan budaya barat Italia, sehingga lebih memilih untuk bergaul di antara mereka sendiri. Pemahaman antarbudaya dari level grassroot saat ini masuk pada tahap urgen di Italia untuk dapat menjadi jembatan yang mengoptimalkan integrasi antara imigran muslim dengan masyarakat, baik pada level sosial maupun high politics. Italia tak dapat lagi kembali ke masa dimana negara hanya didiami oleh penduduk berkulit putih dan beragama Katolik. Situasi multikultural telah menjadi bagian dari Italia saat ini, dan masih akan berkembang dengan demografi imigran yang mungkin akan terus berubah-ubah pula seiring perkembangan politik dunia. Dalam konteks imigran secara umum, meski kebanyakan dari imigran merupakan pekerja kasar, namun hal tersebut merupakan salah satu alasan mengapa keberadaan mereka sebenarnya harus dilihat sebagai penolong, karena memang banyak dari pekerjaan-pekerjaan tersebut tidak mau dilakukan oleh orang Italia sendiri. Tanpa kehadiran para imigran tersebut, mungkin ekonomi Italia akan mandeg dan mengalami laju penurunan. Namun, keberadaan mereka hendaknya juga diakomodasi dengan baik oleh pemerintah dan masyarakat sebagai sesama manusia yang memiliki hak asasi, apalagi hak-hak tersebut sudah diatur dalam Konstitusi Italia.

Kata Kunci : Integrasi Muslim Italia


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.