Laporkan Masalah

POLITIK SUBALTERN (STUDY TENTANG STRATEGI PERJUANGAN IDENTITAS WARIA TEGAL)

IKHDA NURNOVIYATI, WAWAN MAS’UDI

2010 | Skripsi | Politik dan Pemerintahan (dh. Ilmu Pemerintahan)

Waria yaitu wanita-pria merupakan kaum kelas bawah yang terasing atau kaum subaltern dalam struktur masyarakat Kota Tegal. Kelompok ini mengalami diskriminasi karena perbedaan identitas. Transeksual dan transgender lah yang membedakan mereka dan ini lah yang membuat mereka belum diakui keberadaan identitasnya oleh pemerintah setempat sehingga waria Tegal sulit untuk mengakses pelayanan yang diberikan oleh pemerintah Kota Tegal. Penelitian ini menempatkan strategi perjuangan waria Tegal dalam memperoleh pengakuan identitas sebagai bentuk politik pada kelompok subaltern. Karena perjuangan yang mereka hadapi menggunakan strategi untuk mencapai suatu tujuan bersama atau kolektif. Dengan menggunakan strategi gerakan sebagai basis melakukan perjuangan dari fase merencanakan hingga tahap pencapaian hasil tujuan dari penelitian ini bisa tercapai yaitu untuk mengetahui proses perjuangan waria Kota Tegal dalam memperoleh pengakuan terhadap identitasnya dan penelitian ini untuk mengetahui proses terbentuknya Persatuan Waria Tegal (PWT). Karena mereka merupakan identitas kolektif maka bentuk-bentuk perjuangan yang mereka lakukan berbasis kebutuhan kolektif (collective goods) dan kepentingan kolektif (collective interest). Perjuangan waria Tegal ini menggunakan cara non-kekerasan yaitu dengan kontes dan sebelum kontes melakukan lobby dan negosiasi agar mereka bisa berekspresi di Tegal dengan kontes. Cara ini di pilih untuk mengambil hati pemerintah Kota Tegal agar plat buruk yang melekat pada waria sedikit demi sedikit akan luntur. Pada perjuangan waria ini yang paling menonjol dan dominan adalah sosok sang ketua kelompok subaltern ini yaitu Venty Budi Ramona. Dan dia menjabat menjadi seorang ketua sampai sekarang. Sehingga waria Tegal selalu identik dengan nama Venty. Selain itu penelitian ini memaparkan bagaimana respon dari 3 aktor yaitu masyarakat, agama (islam) dan negara/pemerintah Kota Tegal. Mereka sebagai aktor yang ada di arena perjuangan waria memandang dan merespon tentang perjuangan waria dengan basis yang berbeda-beda. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mana datanya adalah empiris yaitu peneliti dan responden bertemu secara langsung dengan tatap muka sehingga tulisan ini merupakan pernyataan-pernyataan langsung dari waria. PWT merupakan bentuk hasil dari perjuangan waria Tegal sebagai kaum subaltern. Paguyuban ini dibentuk oleh Dinas Sosial Kota Tegal. Namun hal ini tidak mengubah identitas mereka diakui sepenuhnya oleh ke-3 aktor tersebut meskipun paguyuban tersebut dibentuk oleh Dinsos sebagai perwakilan dari pemerintah Kota Tegal sebab hal tersebut hanya sebuah klaim mereka bahwa mereka diakui sampai sekarang. Namun dalam kenyataannya perlakuan mereka sama seperti sebelum PWT terbentuk dan aktor masyarakat serta agama diskriminasi pun masih meskipun lebih ramah dan halus dibanding dengan wilayah lain. Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Tegal diskriminasi terhadap waria masih ada meskipun secara halus.

Kata Kunci : Waria


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.