Laporkan Masalah

DRAG QUEEN DALAM PERSIMPANGAN (Studi Kasus Mengenai Drag Queen dalam Konteks antara Profesi dan Ruang Kedirian di Wilayah Yogyakarta)

YULIYANTI RETNO WIBOWO, Heru Nugroho

2010 | Skripsi | Sosiologi

Pemaknaan akan seni hingga kini masih terkotak-kotak dalam jenis kerangka jenis kelamin atau seni yang di genderkan. Salah satunya seni Drag Queen atau seni Cross Dressing. Seni ini dilakukan oleh laki-laki yang pada akhirnya bertukar peran diatas panggung menjadi stereotype perempuan. Pada dasarnya drag queen ini merupakan seni, namun pada tahun 1930 digunakan bagi komunitas homoseksual sebagai ruang eksistensi mereka. Namun, seiring berjalannya peradaban, seni ini kemudian ditarik kedalam sebuah parodi yang mampu menjadi hiburan. Pergeseran peran seni ini kemudian menjadi persimpangan di mana posisi awal adanya Drag Queen menjadi sebuah seni peran yang mampu dijadikan profesi bagi para pelakunya, menjadi ruang untuk representasi diri. Selanjutnya Drag Queen hingga kini menjadi media beberapa kalangan untuk menyampaikan sesuatu melalui entertainment, baik itu kritikan, kampanye, lawakan atau bahkan pengungkapan ide. Rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah bagaimana cara seorang Drag Queen membangun representasinya di atas panggung pertunjukkan dan apakah representasi drag queen semata-mata berkedudukan sebagai profesi atau memang sebagai ruang kedirian, dan rumusan msalah tersebut hanya berlaku pada pelaku Drag Queen yang berada di wilayah Yogyakarta Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian studi kasus, sedangkan metode yang digunakan kualitatif dengan model partisipan observasi. Penelitian studi kasus digunakan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan cara meneliti sejumlah variable yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Pendekatan ini dipilih untuk mendapatkan informasi yang sistemastis dan utuh, sehingga peneliti mampu menguraikan kasus yang sedang diteliti secara detail, runut dan mendalam Setelah penelitian dilakukan, diperoleh hasil dan kesimpulan sebagai berikut: 1. Drag Queen di representasikan di dunia panggung menjadi stereotip perempuan dengan dandanan yang berkarakter. Karakter yang dimaksud adalah meskipun mereka berdandan sebagai perempuan dengan dandanan yang berlebihan. 2. Di Yogyakarta pelaku Drag Queen mayoritas memiliki karakter dan jiwa yang hampir sama antara satu dengan yang lainnya. Meskipun mereka lakilaki namun mereka memiliki sisi femininitas yang lebih tinggi dibanding sisi maskulinitasnya atau disebut sebagai laki-laki anima. Mereka juga terbentuk atas dasar yang sama ,yakni hobi yang serupa, sisi orientasi seksual yang sama (gay) dan posisi yang sama dalam relasi hubungan dengan pasangannya. Dalam pemaknaannya para pelaku tidak menyebut Drag Queen yang mereka jalani sebagai sebuah profesi, mereka lebih memaknainya sebagai bentuk pengekspresian diri, meskipun kenyataanya Drag Queen dapat digolongkan sebagai profesi yang mampu mendatangkan profit bagi mereka. Hanya sedikit pelaku yang mengatakan bahwa Drag Queen mampu menjadi sumber pendapatannya. Alasannya, di Yogyakarta honor Drag Queen masih cukup rendah dibandingkan dengan pengeluaran untuk pentas. 3. Persimpangan yang terjadi dalam tubuh drag queen di Yogyakarta, adalah dimana drag queen yang semula merupakan profesi dengan harapan menghasilkan uang, menjadi sarana komunitas gay dalam menunjukan eksistensinya. Kata kunci : Drag Queen, Cross Dressing, Homoseksual

Kata Kunci : Homoseksualitas


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.