Laporkan Masalah

Relasi Gender Dalam Perkawinan Antara Kasta Ksatriya dengan Kasta Sudra (Studi Mengenai Relasi Gender dalam Perkawinan Antar Kasta di Puri Klungkung, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali)

Kadek Yustin Astiti, Danang Arif Darmawan

2009 | Skripsi | Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (dh. Ilmu Sosiatri)

Semakin terbukanya masyarakat terhadap perubahan dan terjadinya persegesaran kultur dalam masyarakat menyebabkan sistem perkawinan mengalami perubahan dari yang dulunya bersifat endogami menjadi eksogami. Ini pula yang terjadi dalam masyarakat berkasta di Bali. Perkawinan eksogami menyebabkan terjadinya percampuran antara kasta tinggi dengan yang lebih rendah, atau sebaliknya. Penelitian yang dilakukan di Puri Klungkung, kabupaten Klungkung, Provinsi Bali, ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif menjelaskan melalui deskriptif analitis, dengan mengambil sampel orang-orang puri yang melakukan perkawinan dengan orang dari kasta Sudra, untuk mengetahui relasi gender yang ada dalam perkawinan tersebut. Dalam proses pengambilan data, penulis melakukan metode semi partisipan, dimana penulis terlibat cukup aktif sebagai bagian dari masyarakat Bali dan berusaha melibatkan diri dengan kegiatan-kegiatan di puri Klungkung agar penulis bisa lebih memahami berbagai interaksi, perasaan dan tingkah laku informan. Tidak semata-mata mewawancarai informan. Menurut perspektif feminisme radikal, perkawinan adalah sebuah institusi yang menjadi semacam pelegalan bagi penindasan terhadap perempuan dimana perempuan ketika memasuki perkawinan menyerahkan diri pada kontrol laki-laki dan perempuan hanya menjadi obyek seks dari laki-laki dengan dikuasainya tubuh mereka. Perempuan Bali tidak memiliki kontrol terhadap dirinya. Dalam perkawinan, relasi gender yang setara adalah dimana sepasang suami istri memiliki kedudukan yang setara, tidak adanya kekerasan baik secara fisik, psikologis dan juga ekonomi. Demikian juga pembagian peran baik di ranah publik maupun privat terdapat keadilan dalam pembagian tugas. Dalam artian, mengurus rumah dan anak merupakan tugas suami dan istri, bukan hanya tugas istri saja. Istri juga memiliki hak untuk mengukuhkan eksistensi dirinya dalam bidang pekerjaan sama layaknya seperti laki-laki. Dari penelitian ini ditemukan bahwa relasi yang terjadi antara suami istri tidak berjalan dalam kesetaraan. Perempuan menjadi sebuah obyek berbagai bentuk penindasan yang dilakukan oleh laki-laki. Adat purusa dan penguasaan atas tubuh perempuan menjadi aspek penting yang dapat menjelaskan bentuk-bentuk kekerasan yang dialami perempuan dalam perkawinannya. Terlebih lagi perbedaan kasta juga memberi sumbangan bagi penindasan perempuan akibat status sosialnya yang dianggap lebih rendah, sementara di sisi lain tingginya status sosial yang dimiliki perempuan, tidak lantas membuat dia mampu meraih posisi setara dengan suaminya. Kata kunci : Perkawinan, kasta, relasi gender.

Kata Kunci : Gender


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.