Memahami Perilaku Miskin Pada Masyarakat Miskin Perkotaan Studi Terhadap Sikap dan Mentalitas Masyarakat Miskin Perkotaan Dalam Menghadapi Peluang Ekonomi, Melalui Pengamatan Pada Kelompok Marginal Ka
WIBISONO, Gunawan , Agnes Sunartiningsih
2009 | Skripsi | Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (dh. Ilmu Sosiatri)Permasalahan kemiskinan dari tahun ke tahun di negara manapun di dunia masih tetap manjadi masalah nasional yang diprioritaskan. Di Indonesia, permasalahan kemiskinan, dari tahun ke tahun tidak kunjung mereda, justru semakin meningkat. Program-program yang telah dirancang pemerintah sejak awal-awal kemerdekaan hingga sekarang ini masih belum dapat mengatasi permasalahan tersebut secara signifikan. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir (1996-2006), menurut data susenas angka kemiskinan Indonesia mencapai rata-rata 39,42 juta atau sekitar 18,86 persen. Di dalam penelitian ini, ingin dikaji bagaimana proses kemiskinan terjadi pada seseorang. Perspektif yang digunakan dalam melihat fenomena kemiskinan lebih kepada perspektif kultural ketimbang struktural. Dimana melihat persoalan kemiskinan melalui perilaku-perilaku individu-individu yang bersangkutan, bukan melalui struktur atau lembaga. Hal-hal kultural tersebut menyangkut sikap dan mentalitas yang terwujud dalam perilaku yang dapat menghantarkan seseorang ke dalam kemiskinan (perilaku miskin). Dalam melihat dan mengkaji persoalan tersebut. Dilakukan penelitian di kawasan Malioboro. Kawasan tersebut merupakan sebuah kawasan yang menjadi pusat pariwisata dan budaya Kota Yogyakarta. Di dalamnya banyak sekali terdapat kegiatan ekonomi. Ia unik, legendaris, tua dan famous atau terkenal sampai ke penjuru dunia. Namun di dalamnya juga menyisakan banyak kemiskinan. Di dalamnya banyak terdapat gelandangan, pengamen, pedagang kecil, atau orang-orang yang bekerja dengan pendapatan yang sangat kecil dan jauh dari layak yang hidupnya di bawah atau dekat dengan garis kemiskinan. Kelompok-kelompok marginal tersebut bukanlah orang yang malas, melainkan mereka adalah pekerja keras yang mampu bekerja sepanjang hari dari pagi hingga malam. Mereka mempunyai etos kerja yang tinggi. Namun mereka tetap miskin. Mengapa mereka tetap miskin. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan metode studi kasus. Yaitu mencoba melihat permasalahan tidak hanya dipermukaan tapi sampai ke dalam akar permasalahannya. Metode studi kasus ini digunakan karena fenomena kemiskinan yang ada di kawasan Malioboro merupakan fenomena yang unik. Peluang ekonomi, industri modern kapitalis melebur bebarengan dengan individu atau aktoraktor yang hidupnya berada atau dekat dengan garis kemiskinan, dengan pelaku ekonomi yang penghasilan mereka jauh di bawah layak. Dari hasil penelitian, didapatkan beberapa sikap dan mentalitas yang menjadikan mereka dekat dengan garis kemiskinan. Dibalik kemiskinan mereka, ternyata ada beberapa sikap dan mentalitas yang mengantarkannya kepada kemiskinan. Terkadang mereka bukanlah pemalas, namun mereka orang-orang yang menyerah pada takdir. Mereka bukanlah tidak mau bekerja, namun mereka adalah orang-orang yang cepat merasa puas akan apa yang mereka dapat. Selalu merasa cukup, fatalistik, menyukai pekerjaan yang santai dan tidak memeras pikiran, apatis, berwatak priayi adalah sebagian dari sikap dan mentalitas yang ditemukan di lapangan yang jarang kita perkirakan untuk melihat persoalan kemiskinan. Mereka tidak menyadari bagaimana hal tersebut dapat terjadi. Banyak hal-hal yang membuat mereka memiliki sikap dan mentalitas tersebut. Tempat tinggal, lingkungan mereka sebelum dewasa, tingkat pendidikan, didikan yang didapat dari lingkungan, wawasan dan segala informasi yang mereka dapatkan, memberikan banyak kontribusi bagi terbentuknya sikap dan mentalitas yang sedemikian itu.
Kata Kunci : Kemiskinan