“GAY, MAKNA DI BALIK SEBUAH FENOMENA” (Studi tentang lifestyle gay dalam pemaknaan orientasi seksual dan proses dialektika dalam konstruksi masyarakat)
Hagaisinuansa Sembiring K., Adam Titra
2009 | Skripsi | Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (dh. Ilmu Sosiatri)Isu homoseksual bukan sebuah fenomena baru. Isu ini sudah ada sejak dahulu dan berlangsung selama berabad-abad di belahan dunia manapun termasuk Indonesia. Bahkan di Indonesia homoseksual tidak hanya sekedar ditolerir, namun justru telah melembaga dalam tradisi-tradisi. Namun pada akhirnya gay menjadi ramai diperbincangkan dan sarat dengan kontroversi saat ini. Hal ini diakibatkan adanya pengaruh barat yang ikut mengubah cara pandang mengenai homoseksualitas. Terlebih ketika gay muncul dan tampil dengan ke-gay-annya di tengah-tengah masyarakat. Mulai dengan adanya anggapan bahwa gay adalah penyakit atau gangguan jiwa, kelainan, kaum marginal, sampai muncul salah tafsir antara gay dan waria. Semua itu sedikit banyak mendiskreditkan kaum gay. Yogyakarta yang tampil sebagai miniatur Indonesia kecil pun ikut ”menaungi” mereka kaum. Gay yang identik dengan gaya hidup hura-hura dan Yogyakarta yang memfasilitasinya memberi warna tersendiri dalam pembentukan gaya hidup mereka. Metode penelitian kualitatif menjadi pilihan metode dalam penelitian ini karena penelitian ini memaparkan selengkap mungkin persoalan yang dikaji, serta menerangkan proses yang terjadi di dalamnya, sehingga penelitian ini tidak sekedar ditujukan untuk mendeduksikan teori atas realitas yang dibahas, tetapi juga mengangkat realitas tersebut secara apa adanya, dan lalu menginterpretasikan data yang diperoleh berdasarkan referensi yang relevan. Melalui sebuah penelitian kualitatif dan pendekatan fenomenologi, fenomena gaya hidup gay coba diangkat oleh penulis dengan menampilkan empat figur gay dengan latar belakang berbeda-beda sebagai informan yang dituangkan dalam life story melalui keseharian informan. Teori yang digunakan ialah teori konstruksi oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann sebagai grand theory dan teori tentang sikap dan gaya hidup. Pada akhirnya orientasi seksual membawa gay kepada identitas ke-gay-annya. Berusaha terbuka (coming out) atau menutup diri (closet) pada konstruksi sosiokultural menjadi pilihan masing-masing gay dalam mempengaruhi gaya hidupnya. Ditolak ataupun diterima oleh masyarakat sudah menjadi konsekuensi dari apa yang telah dipilihnya. Namun, bukan berarti gay tidak dapat berkembang dan berprestasi di dalam masyarakat. Ketika ia berprestasi dan memiliki kontribusi bagi masyarakat, identitas gay yang tadinya terlihat skeptis menjadi dilupakan atau terlupakan orang. Gay bukanlah sebuah penyakit. Ini hanya masalah perbedaan orientasi seksual semata sebagai laki-laki pecinta laki-laki.
Kata Kunci : Gaya Hidup; Perilaku Seksual