STRATEGI PARTAI POLITIK BARU MEMENANGKAN PEMILU MELALUI IKLAN TELEVISI (Studi Komparatif mengenai Strategi Kreatif Periklanan pada Televisi antara Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) – Wiranto dengan
Cita Adati Eka Rusmana, Kuskridho Ambardi
2009 | Skripsi | Ilmu KomunikasiPemilu 2009 sepatutnya dijadikan sebagai momen yang ditunggu-tunggu oleh semua pihak. Bagi sebagian besar calon kontestan politik, momen Pemilu menjadi salah satu kesempatan langka untuk “mengubah” nasib. Bagi para pemilik hak suara, Pemilu menjadi ajang demokrasi, memilih dan memilah mana pemimpin yang dianggap terbaik. Bagi saya dan sebagian besar pengkaji dan penggiat Ilmu Komunikasi, Pemilu 2009 merupakan kesempatan untuk mengaplikasikan ataupun meneliti fenomenafenomena komunikasi seperti spin-doctoring, komunikasi kelompok, kebijakan komunikasi yang terkait Pemilu, iklan politik pada berbagai media, dan lain sebagainya. Maka tidak heran kalau banyak mahasiswa semester akhir seperti saya berlomba-lomba mengajukan proposal penelitian dengan topik iklan politik yang sangat fenomenal akhir-akhir ini. Iklan politik tentu saja sebuah bahasan yang masih sangat luas. Perlu batasan tertentu agar penelitian lebih terperinci dan signifikan. Maka, setelah berlama-lama diskusi dengan beberapa teman dan dosen pembimbing, saya pun memutuskan untuk meneliti iklan politik pada televisi, tepatnya iklan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan iklan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Namun, karena kekhawatiran akan terjadinya ketimpangan iklan partai atau malah kandidat, maka saya pun menyebut objek utama penelitian saya itu adalah Partai Gerindra – Prabowo Subianto dan Partai Hanura – Wiranto. Setelah itu, saya menetapkan bahwa fokus penelitian saya ini yaitu sejauh mana konsistensi pesan iklan politik dengan segmen sosial yang dibidik serta positioning partai atau kandidat terhadap masyarakat. Karena bagaimanapun juga, tujuan utama semua partai politik tentunya memperoleh suara sebanyak-banyaknya agar bisa lolos ambang batas legislatif (parliamentary threshold) untuk diikutsertakan dalam pembagian kursi DPR. Selanjutnya, mereka pun bisa menggunakan persentase suaranya itu untuk mengajukan calon presiden dan/atau wakil presiden. Terdapat tiga bahasan utama pada skripsi saya. Pertama, bahasan tentang segmentasi, targeting, dan positioning yang telah ditetapkan tim sukses masing-masing partai dan/atau kandidat. Kedua, bahasan mengenai program periklanan yang dibuat masing-masing partai diantaranya tentang: tujuan/sasaran, anggaran, media, pesan, dan evaluasi. Ketiga, konsistensi antara bahasan pertama dengan bahasan kedua (yang difokuskan pada pesan) pada masing-masing partai dan bagaimana kecenderungannya terhadap keberlangsungan pesan iklan. Meski masih jauh dari sempurna, saya berharap penelitian ini dapat menjawab pertanyaan mengapa saat ini para kontestan politik lebih banyak mengandalkan media massa, khususnya televisi, ketimbang komunikasi interpersonal. Lebih dari itu, semoga penelitian ini dapat bermanfaat, setidaknya menjadi sebuah inspirasi bagi penggiat Ilmu Komunikasi untuk melakukan penelitian lebih jauh mengenai fenomena iklan politik dari masa ke masa. Yogyakarta, Juli 2009 Cita Adati Eka Rusmana
Kata Kunci : Partai Poltik; Iklan TV