Laporkan Masalah

Praktek Jurnalisme Online dan Perbedaan dengan Praktek Jurnalisme Cetak ( Studi Kasus Praktek Jurnalisme di Portal Berita Detik.com)

Iik Islah Kamilla Yoshintasari, Kuskrido Ambardi

2010 | Skripsi | Ilmu Komunikasi

Dalam penelitian ini saya membagi praktek jurnalisme menjadi dua yakni level individu dan level redaksi. Pada level individu saya menemukan pergeseran konsep berita yaitu berupa konsep breaking news. Breaking news di detikcom berupa berita singkat dan berkelanjutan seperti berita yang sedang berlari (running news). Dalam sehari detikcom bisa up date ratusan item berita. Akan tetapi belum ada pengertian yang jelas mengenai breaking news pada media online. Sehingga dalam prakteknya detikcom hanya mengacu pada kode etik jurnalistik dengan penyesuaian format pada media online. Konsep breaking news tentu berbeda dengan media cetak yang pemberitaannya lengkap, panjang dan hanya sekali pemberitaan dalam sehari. Berkaitan dengan sifat media online yang unlimited space, dalam menjaga kontinuitas berita media online mengenal konsep berita terkait (linkage) melalui fasilitas hyperlink. Berita terkait melengkapi berita sebelumnya serta memberikan keseimbangan berita. Berita terkait juga membantu pembaca untuk mengetahui kronologis suatu peristiwa dengan mengkaitkan berita yang ditampilkan dengan berita sebelumnya. Berita terkait berperan ketika ada ralat berita dan untuk menunjukkan hubungan berita satu dengan berita lain yang masih satu “nafas” atau tema. Berbeda dengan media online, media cetak tidak mengenal hyperlink. Dalam penyajiannya media cetak akan menyajikan berita yang habis dibaca sekali. Karena keterbatasan space pada media cetak, bila ada berita yang panjang maka media cetak akan menyajikannya dengan cara menyambung di halaman lain. Dalam menyajikan berita, kecepatan adalah kunci utama. Kecepatan dalam penyajian berita berhubungan dengan keinginan detikcom yang selalu ingin menyajikan berita secara cepat yakni dengan up dating berita. Tuntutan jurnalis detikcom untuk menyajikan berita yang cepat berdampak pada penyajian berita itu sendiri, yakni kurangnya akurasi berita. Detikcom sering melakukan kesalahan dalam pengetikkan sebuah berita baik identitas narasumber, nama orang, tempat,waktu dsb. Bahkan pernah terjadi kesalahan fakta pada pemberitaan akibat mengejar untuk menjadi yang pertama menyajikan berita. Kesalahan fakta tersebut berkaitan juga dalam memproduksi satu item berita yang melibatkan tiga bagian, yakni reporter, redaktur dan redaktur pelaksana. Dalam prakteknya, reporter terkadang hanya melaporkan fakta saja bila tidak sempat menuliskan draft berita. Dan sering reporter tidak mengetahui hasil akhir berita karena penulisan berita dilakukan oleh redaktur. Kesalahpahaman mengenai pelaporan berakibat pada output berita yang tidak akurat. Sedangkan redaktur harus segera mengetik naskah berita untuk kemudian diperiksa redaktur pelaksana. Terkadang jika berita yang “panas” sedang running, crosscek berita antar redaktur kurang. Objektivitas berita pada detikcom tidak bisa ditemukan dalam satu item berita. Biasanya untuk mendapatkan berita yang benar-benar objektif, pembaca harus membaca lengkap berita yang masih dalam satu tema melalui berita terkait. Karena sesuai dengan konsep berita breaking news yang pendek-pendek, terkadang dalam satu pemberitaan hanya ada satu sisi saja. Bahkan pernyataan dari satu narasumber saja sudah menjadi satu item berita. Maka cara penyajian coverbothside ikut berubah. Jika dalam pemberitaan media cetak, dalam satu berita harus berimbang dan memenuhi unsur coverbothside, pemberitaan detikcom lebih fleksible, tidak perlu menunggu narasumber dari pihak lain. Cara pemberitaan tersebut mungkin akan berimplikasi negatif jika berita tersebut adalah hal sensitif. Untuk menghindari persepsi negatif pembaca terhadap ketidakberimbangan berita, detikcom membagi dua level sensitiftas berita. Sensitifitas pada level pertama menyangkut isu sensitif yang harus lebih diperhatikan oleh redaksi. Sehingga akan tetap menunggu kelengkapan coverbothside berita sebelum berita disajikan. Sedangkan untuk berita yang tidak sensitive, pemberitaan seperti biasa dilakukan detikcom.nUntuk isu sensitif selain harus menunggu kelengkapan berita, ada teknik penyajian yang lain. Yakni dengan membuat berita yang mengambang seperti sebuah rumor. Dalam penulisan berita, media cetak harus memenuhi unsur 5W+1H, tetapi tidak untuk detikcom. Dalam up date berita, jika unsur berita hanya terdiri dari what, where, dan when saja sudah bisa di up load. Misalnya berita gempa di Jawa Barat, untuk mengejar update berita yang cepat, berita mungkin hanya terdiri dari satu paragraph yang berisi apa, dimana dan kapan. Sedangkan unsur penjelasan mengenai “why” dan “how” berita akan disajikan pada update berita setelahnya. Ketidakharusan kelengkapan unsur berita berpengaruh pada kedalaman berita. Jika dalam media cetak kita bisa menemukan sebuah pemberitaan yang dalam, analitis, kritis dan mampu mengajak pembaca berpikir lebih dengan narasi yang panjang, media online sebaliknya. User akan kesulitan menemukan berita yang mendalam, karena pemberitaan cenderung pendek-pendek dan langsung. Karena pada dasarnya pembaca media online menginginkan berita yang pendek dan cepat. Jika user ingin sebuah pemberitaan dengan gaya feature dan mendalam, detikcom menyediakan kanal lapsus yang berkaitan dengan kanal detikNews. Salah satu karakter dari media online adalah kecepatan. Dengan kecepatan tersebut pengertian periode terbit menjadi kabur. Jika media cetak kita bisa menyebut harian pagi, harian sore, mingguan atau bulanan, maka media online sulit menyebutnya memiliki periode terbit. Saya lebih suka menyebutnya periodisasi berita hilang dan matinya deadline bagi para jurnalis. Berita bisa hampir setiap detik bisa disajikan, atau bisa selisih dalam hitungan jam. Untuk detikcom, sebisa mungkin berita update berita secepat mungkin. Terkadang di menit yang sama, dua berita bisa disajikan secara bersamaan. Pada level redaksional dalam menjalankan praktek jurnalismenya, detikcom memiliki beberapa perbedaan dengan media cetak. Jika dalam media cetak seorang reporter atau wartawan harus menulis berita secara lengkap sebelum diserahkan kepada redaktur naskah, maka reporter detikcom tidak harus menulis berita. Reporter cukup melaporkan berita via telefon, e-mail, YM (yahoo!messager) maupun sms. Berbeda dengan media cetak harian yang mengawali proses peliputan dengan rapat redaksi, lalu penugasan kepada reporter oleh redaktur, baru melakukan reportase, redaksi detikcom tidak melakukan rapat dahulu, reporter detikcom langsung menuju TKP. Untuk reporter yang memiliki pos, mereka bersiap di pos masing-masing untuk melakukan reportase dan mengirimkan berita yang terjadi dari pos-pos tersebut. Selain itu ada reporter floating yang tidak memiliki pos yang bertugas meliput daerah-daerah selain pos yang telah ditentukan. Proses newsgathering detikcom dimulai dengan reporter yang melaporkan berita. Dalam pelaporan berita ada tiga teknik,yakni berupa berita mentah , berita jadi, dan berita campuran. Berita mentah adalah berita yang dilaporkan melalui telefon sehingga penulisan sepenuhnya oleh redaktur. Berita jadi, berita yang telah berupa naskah jadi dan dikirim melalui email. Berita campuran adalah berita yang dilaporkan melalui telefon untuk informasi awal, lalu diikuti pelaporan melalui email maupun sms. Setelah reporter mendapat berita, reporter akan misscall korlip (koordinator liputan), korlip akan menanyakan peristiwa apa yang akan dilaporkan, jika memang peristiwa penting maka korlip akan menugaskan satu redaktur untuk follow up reporter. Berbeda dengan media cetak yang tidak memiliki korlip untuk membuat berita. Setelah redaktur menulis naskah berita, redaktur pelaksana akan memeriksa keakuratan berita, jika reporter melakukan laporan berita jadi, redaktur pelaksana yang langsung akan menerima naskah untuk diedit. Sedangkan untuk media cetak proses penulisan berita mutlak dilakukan oleh reporter atau wartawan yang akan diserahkan oleh redaktur naskah dan diperiksa oleh redaktur pelaksana. Setelah benar-benar di periksa keakuratan berita baru dilakukan lay out berita. Untuk media online tidak perlu membuat layout baru. Redaktur tinggal mengisi kolom-kolom pada format yang sudah dibuat dengan software khusus. Detikcom menggunakan Jahex yakni software khusus untuk membuat kolom-kolom yang harus diisi berita, termasuk gambar, video dan berita lain yang terkait dengan berita. Di kolom tersebut nama reporter, redaktur, dan redaktur pelaksana harus dicantumkan, sehingga berita yang disajikan adalah tanggung jawab mereka yang tertulis. Sedangkan untuk media cetak tidak ada pemilihan video, maupun berita terkait yang dilakukan oleh redaktur. Hanya foto jurnalistik sebagai foto headline atau foto jurnalistik yang lain. Lay out sepenuhnya diserahkan pada lay outer. Sehingga pe nulis tidak dipusingkan dengan pemilihan foto, video maupun berita yang terkait lainnya. Kesulitan newsproduction pada media online adalah koordinasi tiga kepala, reporter, redaktur, dan redaktur pelaksana. Jika terjadi salah persepsi oleh redaktur atas pelaporan reporter maka output berita menjadi tidak akurat. Maka penting bagi mereka untuk berkomunikasi dan selalu mempertanyakan fakta yang dilaporkan oleh reporter untuk mencari fakta sebenar-benarnya. Mengenai framing berita, dalam media cetak banyak dilakukan oleh wartawan itu sendiri. Wartawan media cetak memiliki otoritas sebesar-besarnya dalam menulis berita dengan framing mereka. Sedangkan untuk media online sulit dilakukan oleh reporter, karena kebanyakan redaktur yang menulis berita, dengan dicek oleh redaktur pelaksana. Dan mereka tidak memiliki waktu banyak untuk membuat framing berita. Sedangkan peran gatekeeper yang pada media cetak biasa dipegang oleh redaktur pelaksana, wapimred maupun pimred, di media online selain bisa dilakukan oleh redaksi yakni redaktur pelaksana juga bisa dibantu oleh user. User yang mengakses berita langsung bisa memberikan komentarnya melalui kolom yang telah disediakan. Selain itu juga bisa melalui email ke redaksi. Komentar user ini menjadi salah satu kelebihan media online yaitu interaktivitas. Interaktivitas pembaca tidak hanya itu saja, ada kanal forum, Tanya jawab, ngecap dsb. Selain interaktivitas kelebihan portal berita ini adalah kemudahan dalam “storage and retrieval”. Dalam penyimpanan dan pengaksesan tidak perlu membuat kliping seperti pada media cetak. Penyimpanan berita bisa sampai lima tahun ke belakang. Jadi ketika user ingin melihat berita tahun 2005, detikcom masih memiliki arsipnya. Untuk pengaksesan kembali berita yang diinginkan, user bisa menggunakan detiksearch yaitu search engine (mesin pencari) yang dimiliki oleh detikcom. Di detikcom mengenal beberpa istilah yang tidak ada dalam media cetak, antara lain; Berita HLWP (Headline Welcome Page) ,Berita yang Turun dari Langit, Berita Ralat, dan Berita Kerupuk. Berita HLWP adalah berita yang ada pada home page atau welcome page sebagai headline. Berita HLWP bisa berganti setiap saat bila ada berita lain yang lebih menarik dan penting. Tapi bila berita HLWP tersebut benar-benar penting dan bagus, akan ditahan sesaat, sedangkan berita lain yang baru akan diletakkan dibawahnya. Berita yang turun dari langit merupakan berita yang mengalir berdasarkan peristiwa di lapangan karena tidak ada perencanaan dari redaksi. Karena detik memang harus up date beri ta secepatnya. Berita ralat berkaitan dengan akurasi berita detikcom. Detikcom sering melakukan kesalahan, jika kesalahan hanya sebatas penulisan nama, akan segera dilakukan perbaikan pada berita selanjutnya tanpa harus membuat ralat berita khusus. Berita ralat dilakukan jika ada pemberitaan yang salah fakta, sehingga dilakukan khusus berita ralat yang berisi kronologis sebenarnya dan penjelasannya. Yang berhak membuat beritaralat adalah wapimred dan pimred. detikcom menjalankan praktek jurnalistik baik pada level individu maupun redaksional detikcom berusaha mengikuti kode etik yang telah ditetapkan PWI. Tetapi beberapa aturan baku yang tertuang di KEJ belum mampu mengatur jalannya praktek jurnalisme online. Misalnya, masalah akurasi berita dan konsep breaking news. Meskipun demikian, detikcom berusaha untuk menjaga keaslian berita , reporter detik ditekankan untuk selalu membuat berita hasil karya sendiri untuk menjaga kredibilitasnya. Yaitu dengan jalan kewajiban doorstop, laporan pandangan mata (detail deskripsi peristiwa).

Kata Kunci : Jurnalisme


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.