Laporkan Masalah

Interkasi Dokter dan Pasien Penyakit Dalam di Dalam Proses Anamnesis (Penelitian di RSUP Dr. Sardjito)

SARI, Lolla Amalia O., Lolla Amlia P. Sari

2008 | Skripsi | Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (dh. Ilmu Sosiatri)

Interaksi adalah hal yang tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia. Dengan interaksi, manusia mencoba menyalurkan kebutuhannya sebagai makhluk sosial yang secara hakiki membutuhkan sesama. Demikian yang terjadi di dalam proses anamnesis antara dokter dan pasien. Dokter membutuhkan keterangan pasien dalam membangun atau mengetahui perkembangan diagnosis pasien untuk kemudian memberikan solusi. Sedang pasien memerlukan dokter sebagai perantara dalam menyembuhkan keluhannya. Baik pasien atau dokter sama-sama bersifat saling melengkapi. Dokter tidak akan berguna tanpa ada pasien. Begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu komunikasi menjadi jalan bagi keduanya dalam mengaspirasikan pendapat. Idealnya, komunikasi berlangsung dua arah bagi pihak-pihak yang melakukannya. Dokter dengan empatinya dan pasien dengan keaktifannya. Namun sayangnya pasien cenderung bersikap pasif ketika berada dihadapan pasien. Mereka menganggap dokter adalah sosok mulia tanpa pernah tersentuh dosa sehingga mereka pun tidak banyak berkata apa-apa. Dokter pun kurang menampilkan sisi keempatian dalam dirinya dengan alasan beragam. Penelitian ini mendeskripsikan interaksi yang terjalin antara dokter dan pasien penyakit dalam di dalam proses anamnesis. Dengan demikian metode yang digunakan yakni deskriptif kualitatif. Informan dalam penelitian ini tak lain adalah calon dokter spesialis atau residen dan pasien rawat jalan. Keduanya sengaja diambil untuk merepresentasikan jawaban dari masing-masing pihak. Berdasarkan hasil penelitian, dokter memegang kendali terbesar di dalam proses anamnesis. Bagaimana tidak? Dokter mengawali proses wawancara tersebut sampai dengan mengakhirinya jika dianggap sudah mencukupi kebutuhan. Tidak sampai disitu, dokter juga mengarahkan pasien agar pertemuan berlangsung secara efektif dan efisien. Oleh karena itu hampir semua dokter (residen-red) memiliki konsep efektif dan efisien di dalam proses anamnesis, yaitu konsep dimana seorang dokter harus mengelola segala sesuatunya dengan baik tanpa membuat pasien di belakang menunggu terlalu lama. Keadaan ini tentu berdampak pada keempatian dokter. Selama ini sikap empati dokter berada dalam batas wajar dimana status sosial menjadi pegangan dokter didalamnya. Namun ada kalanya sikap mengambil peran ini fluktuatif sebab banyaknya pasien yang harus ditangani dan ketidakhati-hatian dokter dalam melihat sisi psikologis pasien. Berbeda halnya dengan dokter spesialis. Adanya bayaran atas penggunaan jasa mereka, menuntut mereka memberikan hal lebih yang setara. Mengenai keaktifan pasien, sebagai salah satu syarat dalam komunikasi dua arah, tidak selamanya pasien aktif di dalam proses anamnesis, kecuali saat tertentu dimana mereka merasakan adanya keluhan. Kalaupun tidak ada, pasien memilih untuk tidak banyak berkomentar dan menerima resep obat. Besarnya kekuasaan dokter mengakibatkan pasien tunduk akan apa yang menjadi perintah dokter. Hal ini secara tidak langsung menciptakan karakter pasien yang kurang aktif dan kreatif.

Kata Kunci : Kesehatan


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.