Laporkan Masalah

Pembinaan Wanita Susila ( Studi Tentang Peranan Pembinaan Wanita Tuna Susila Pasca Razia Oleh Panti Sosial Karya Wanita Sidoarum, Godean, Sleman, Yogyakarta

HELMA, Helma

2006 | Skripsi | Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (dh. Ilmu Sosiatri)

Kemunculan pelacuran yang kian meluas merupakan fenomena yang tidak asing lagi dan ini dipandang sebagai masalah sosial. Pelacuran menimbulkan ketidak seimbangan masyarakat karena pelacuran akan menimbulkan dan menyebarkan penyakit kelamin dan kulit serta sejenisnya, merusak sendi-sendi kehidupan keluarga yang wajar, cenderung menciptakan kejahatan dan berbagai variasinya, merusak sendi-sendi pendidikan moral karena bertentangan dengan norma-norma sosial, agama dan hukum. Dari kemunculan fenomena pelacuran tersebut yang dipandang sebagai suatu kondisi yang menyimpang maka muncullah usaha-usaha untuk menormalisasikannya. Salah satunya dengan munculnya lembaga-lembaga pembinaan baik dari pemerintah maupun dari swasta atau LSM yang bertujuan secara umum untuk mengembalikan kondisi deliquency tersebut ke dalam suatu tatanan masyarakat yang seimbang. Pembinaan wanita tuna susila pasca razia sangat sesuai jika dilihat dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, di mana pendekatan ini berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang biasa dalam perspektif tertentu. Demikian juga dengan perilaku manusia yang dipahami dari segi kerangka berpikir dan bertindak para wanita tuna susila itu sendiri. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Terdapat dua kelompok sasaran yang diteliti, yaitu panti sosial karya wanita (PSKW) Sidoarum dan wanita tuna susila pasca razia yang dibagi lagi menjadi dua kelampok yaitu yang sedang menyelesaikan pendidikannya di panti dan yang telah menyelesaikan masa pendidikannya serta telah kembali ke masyarakat. Responden dipilih yang sedang dan yang telah menyelesaikan pendidikannya di panti serta telah kembali ke masyarakat karena untuk mengetahui seberapa besar peranan pembinaan yang dilakukan oleh panti agar supaya mereka bisa kembali hidup dan diterima kembali oleh masyarakat. Keberhasilan pembinaan wanita tuna susila pasca razia sangat dipengaruhi oleh kerja sama yang baik antara tim pembina (PSKW) dengan yang di bina (WTS) dan adanya keinginan dari wanita tuna susila itu sendiri untuk kembali ke masyarakat. Namun pada kenyataannya setelah dibina oleh panti, mereka ada juga yang memilih kembali ke profesi semula (hal ini dilakukan di luar pengetahuan panti) walaupun pekerjaan alternatif yang ditawarkan oleh panti tetap dilaksanakan. Hal ini dikarenakan oleh berbagai faktor yaitu antara lain: faktor dari dalam diri pelacur itu sendiri, dan faktor dari luar seperti lemahnya aturan hukum, lemahnya kontrol sosial dan adanya permintaan dari konsumen.

Kata Kunci : Gender


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.