Komunikasi Politik Partai-Konstituen Pasca Pemilu Studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi politik pasca pemilu pada PDIP dan Konstituennya sebagai Partai Pemenang Pemilu di Sleman
FINNAHARI, Salis, Salis Finnahari
2007 | Skripsi | Politik dan Pemerintahan (dh. Ilmu Pemerintahan)Komunikasi politik merupakan hal yang krusial dalam kehidupan politik di sebuah negara. Melalui komunikasi politik, terjadi transfer informasi, ide, dan gagasan antara pihak penguasa dengan masyarakat untuk mengelola negara bersama-sama. Namun sayangnya di Indonesia komunikasi politik, khususnya antara partai-konstituen, kurang dikelola dengan baik. Partai hanya sibuk bertarung memperebutkan kekuasaan dibanding mengatur pola hubungannya dengan konstituen yang telah mengantarkan mereka menuju kekuasaan. Akibatnya, peran serta masyarakat dalam proses politik pun sangat minim karena kurangnya saluran. Maka dari itu, muncul pertanyaan mengenai ‘faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi proses komunikasi politik antara partai dan konstituen pasca berlangsungnya pemilu’ dan ‘sejauh manakah pengaruhnya’. Untuk menganalisa hal tersebut, kemudian dilakukan wawancara dengan pihak partai dan pihak konstituen untuk mengkroscek informasi dari keduanya. Karena jumlah konstituen cukup besar, maka untuk menggali informasi yang lebih luas, kemudian dilakukan juga penggalian data dengan penyebaran kuesioner. Selain itu, dilakukan observasi terhadap berita-berita yang muncul di surat kabar, internet, dan media massa lainnya. Kemudian, juga dilakukan teknik dokumentasi dengan mencatat arsip-arsip dan dokumentasi lain yang mendukung. Dari hasil studi lapangan pada PDI Perjuangan dan Konstituennya di Kabupeten Sleman kemudian dirumuskan beberapa faktor yang mendasari lancar tidaknya komunikasi politik yang dibangun antara partai-konstituen pasca berlangsungnya pemilu. Faktor yang mendukung antara lain: kesolidan parpol, arti penting konstituen bagi parpol, keinginan partai untuk berkomunikasi, departemen komunikasi politik dalam partai, program kerja partai, komunikasi politik PDIP yang egaliter, harapan tinggi dari konstituen, pandangan akan pentingnya komunikasi politik, dan loyalitas tinggi konstituen pada partai. Di lain pihak, faktor-faktor yang menghambat antara lain: tipologi partai sebagai partai massa, belum optimalnya pelaksanaan fungsi pendidikan politik dari partai, terhambatnya program kerja partai, kurangnya sosialisasi pada konstituen, kurangnya akuntabilitas program kerja, tidak adanya peraturan khusus yang mengatur mekanisme komunikasi politik dengan konstituen baik dari partai sendiri maupun dari pemerintah, pola organisasi parpol yang sentralistik, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang hak-hak politik dan akses komunikasi politik, kurangnya minat konstituen untuk melakukan komunikasi politik, rasa minder konstituen, dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rendah. Oleh karena itu, dalam membangun komunikasi politik yang baik dengan konstituen, sangat diperlukan sikap otokritik di kalangan partai. Sehingga, partai dapat menganalisa apa kekurangan yang dimilikinya dan mulai belajar untuk memperbaikinya. Kemudian, pendidikan politik bagi masyarakat juga harus segera diaktifkan karena masyarakat kita yang relatif rendah pendidikan politiknya menjadi masyarakat yang pasif dan tidak berkeinginan untuk ikut serta dalam proses pembangunan bangsa dan negara. Dan tak kalah pentingnya adalah pengelolaan organisasi partai yang lebih demokratis dan merakyat.
Kata Kunci : Komunikasi Politik