Analisis Kritis Terhadap MOu Helsinski Sebagai Kesepakatan Perdamaian Indonesia-GAM dalam Menyelesaikna Masalah Aceh
RUMKABU, Elvira, Elvira Rumkabu
2008 | Skripsi | Ilmu Hubungan InternasionalSebuah Nota Kesepahaman yang mampu memberikan jawaban bagi berbagai persoalan yang terjadi di Aceh. Secara tertulis, MoU Helsinki dianggap telah berhasil sebagai sebuah kesepakatan perdamaian ( peace agreement). Asumsi ini didasarkan dari isi MoU yang sudah komprehensif. Berbagai insentif yang diberikan pemerintah kepada GAM merupakan strategi pemerintah untuk tetap mempertaha nkan Aceh sebagai bagian yang terintegrasi dalam NKRI. Hasilnya pun tidak mengecewakan, GAM bersedia untuk melepaskan tuntutannya untuk merdeka, dan bersedia mentransformasikan perjuangan nya dari pendekatan militer menjadi politik. Selain itu tentu saja MoU tidak hanya berhasil secara tertulis, melainkan juga dalam implementasinya.Empat tujuan pokok dalam draft final MoU yang disepakati. Pertama, penyelesaian masalah Aceh harus diselenggarakan dengan jalan damai. Kedua, penyelesaian masalah Aceh harus menyeluruh, tidak parsial. Ketiga, harus ada kesinambungan dari tiap kesepakatan, harus ada tindak lanjut dan aksi konkret atas kesepakatan yang dicapai. Keempat, penyelesaian masalah Aceh harus secara berma rtabat, tidak ada yang kehilangan muka. Akhirnya, sebuah MoU ditandatangani oleh pemerintah RI dan GAM pada tanggal 15 agustus 2005, yang merupakan sebuah kesepakatan damai (peace agreement) mengakhiri konflik yang berkepanjangan di Aceh. MoU Helsinki merupakan sebuah terobosan penting dan berhasil menyelesaikan konflik vertikal antara pemerintah dengan GAM. MoU Helsinki berhasil karena fungsinya sebagai sebuah persetujuan perdamaian ( peace agreement ). Sebagai sebuah kesepakatan damai, MoU berhasil mengakhiri konflik dan menciptakan perdamaian di Aceh.Alasan lainnya yang membuat MoU Helsinki berhasil adalah memiliki ketahanan ( durability) sebagai sebuah kesepakatan perdamaian. Ada beberapa hasil perundingan perdamaian yang dapat bertahan lama dan ada juga yang gagal. MoU Helsinki termasuk perjanjian perdamaian yang bertahan lama. Daya tahan MoU Helsinki tidak terlepas dari keberhasilan pengimplementasiannya. MoU Helsinki dapat dilaksanakan karena dukungan dari lingkungan yang positif serta komitmen internasional terhadap keberlangsungan perdamaian di Aceh. Sejak proses perundingan sampai tahap impelementasinya, MoU Helsinki telah menimbulkan pro dan kontra. Beberapa pihak pesismis MoU Helsinki dapat memberikan solusi bagi masalah Aceh. Skripsi ini akan menganalisa isi MoU Helsinki dan impelementasinya : Sejauh Mana MoU Helsinki Dapat Diimplementasikan dan Bertahan Sebagai Sebuah Kesepakatan Perdamaian Dalam Menyelesaikan Masalah Aceh? Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan memanfaatkan data sekunder melalui studi pustaka ( library research ). Teori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teori – teori diplomasi dalam beberapa buku yakni buku G.R Berridge, Diplomacy : Theory and practice dan Multi Track Diplomacy karangan Louise Diamond dan John McDonald serta After Peace War karangan Kjell-Åke Nordquist.
Kata Kunci : Perdamaian; Nota Kesepakatan