Strategi Pemberantasan Buta Aksara di Gunung Kidul (Studi Kasus: Strategi Bidang Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga (PLSPO) Dinas Pendidikan Gunungkidul dlm Pemberantasan Buta Aksara
WIBAWA, Edwin Tesna, Edwin Tesna Wibawa
2008 | Skripsi | Manajemen dan Kebijakan Publik (dh. Ilmu Administrasi Negara)Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan suatu bangsa. Hak dasar memperoleh pendidikan terkait dengan salah satu isu atau permasalahan kebijakan dibidang pendidikan, yakni pemerataan/akses pendidikan. Berkaitan dengan isu tersebut, kebijakan pendidikan sepenuhnya belum memberikan pelayanan yang merata, berkualitas, dan terjangkau. Hal ini diperkuat dengan masih tingginya penduduk buta aksara. Tingginya buta aksara terdapat pada kabupaten Gunungkidul, DIY yakni 47.206 jiwa atau 6,42%. Muculnya angka buta tersebut terkait dengan belum meratanya akses pendidikan, tingkat kemiskinan tinggi, dan strategi yang selama ini digunakan dalam pemberantasan buta aksara belum efektif. Tujuan penelitian ini adalah merumuskan strategi yang tepat bagi Bidang PLSPO (Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda, dan Olahraga) Dinas Pendidikan Gunungkidul dalam pemberantasan buta aksara berdasarkan identifikasi dan ana lisis faktor internal, eksternal. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.Dari hasil penelitian diperoleh kekuatan bidang PLSPO, yaitu kualitas pegawai memadai, komitmen yang tinggi dari kepemimpinan Bidang PLSPO, kultur organisasi yang baik dan kekeluargaan, struktur organisasi Bidang PLSPO yang pendek.Kelemahannya adalah kuantitas pegawai terbatas, keterbatasan dana, sarana -prasarana minimal, sosialisasi belum maksimal, komitmen belum merata antar pegawai. Sedangkan peluang Bidang PLSPO adalah Inpres No. 5 tahun 2006, dukungan dari berbagai pihak,banyaknya bantuan/hibah. Ancaman bagi Bidang PLSPO yakni tingginya angka kemiskinan, rendahnya motivasi warga belajar, penduduk buta aksara tersebar, waktu pembelajaran, logika proyek dalam penyelenggaraan KF, kualitas dan kuantitas sarana-prasarana PKBM belum memadai, koordinasi antar pihak belum maksimal, perbedaan data, dan insentif tutor rendah. Analisis SWOT dilakukan untuk mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal, kemudian diperoleh isu-isu strategisnya yaitu: peningkatan kualitas pegawai, fasilitasi dan standarisasi kualitas dan kuantitas sarana prasarana, integrasi program PBA/KF dengan program penyuluhan pertanian dan pemberdayaan masyarakat, optimalisasi kerjasama dan koordinasi dengan stakeholder/kolabolator, peningkatan kapasitas, ,kualitas, dan monitoring PKBM dan tutor, mengoptimalkan sosialisasi PBA sampai tingkat grass root, penyempurnaan sistem pendataan dan pemusatan pendataan buta kasara pada BPS/optimalisasi peran BPS,inovasi dan standarisasi model pembelajaran pendidikan keaksaraan, pemberian penghargaan (award) kepada penyelenggara dan warga belajar serta optimalisasi kemanfaatan SUKMA. Strategi yang diterapkan Bidang PLSPO berdasarkan isu-isu strategis adalah peningkatan kapasitas, kualitas, serta monitoring PKBM, dan tutor, penyempurnaan sistem pendataan dan pemusatan data buta aksara pada BPS/ooptimalisasi peran BPS,integrasi program PBA/KF dengan program penyuluhan pertanian dan pemberdayaan masyarakat, mengoptimalkan sosialisasi pada tingkat grass root, fasilitasi dan standarisasi kualitas dan kuantitas sarana -prasarana, optimalisasi kerjasama dan koordinasi antar stakeholder. Dari beberapa strategi yang ada secepatnya melakukan inventarisasi dan pembinaan PKBM, melakukan pendekatan kepada pemkab dan DPRD terkait dengan seluruh SKPD, memaksimalkan koordinasi dan kerjasama antar stakeholder, dan forum sharing rutin tiap bulan.
Kata Kunci : Strategi Pendidikan