Laporkan Masalah

Genjer-Genjer dan Hermaphrodite Complex

PARLINDUNGAN, Utan, Utan Parlindungan S.

2007 | Skripsi | Politik dan Pemerintahan (dh. Ilmu Pemerintahan)

Genjer-Genjer adalah lagu populer, akan tetapi Genjer-Genjer bukan sembarang lagu. Ia mengandung isyarat tentang pemberontakan pagi buta Gestapu tahun 1965. Percaya atau tidak, secarik kertas yang berisi syair lagu Genjer-Genjer dapat dijadikan indikasi kuat untuk melakukan pemberontakan berdarah di Lubang buaya Jakarta. Banyak teori yang menjelaskan seputar kronologis peristiwa 1965, akan tetapi tampaknya menjurus kepada satu aktor tunggal, yaitu PKI. Bagi beberapa pakar (Indonesianis) di Universitas Cornel Amerika, peristiwa tanggal 30 September 1965 hingga 11 maret 1966 hanyalah skenario untuk memuluskan jalan Soeharto dalam merancang satu manuver yang rapi; “kudeta merangkak untuk menggulingkan Soekarno”. Kudeta itu sendiri diam-diam telah mendapat restu dari Amerika dan Inggris, serta didukungan oleh kekuatan intelijen Amerika (CIA). Bagi kelompok pendukung Orde Baru, PKI adalah dalang dan eksekutor di balik ritual pembantaian tujuh perwira AD itu. Gerakan PKI itu sendiri juga telah mendapat sinyal dari Mao Zedong di Cina. Disini, substansi sejarah kembali digoyahkan dengan satu spekulatif baru, yaitu motif dan alibi. Bahwa peristiwa 1965 adalah hasil rekayasa yang melibatkan banyak aktor hegemonik dengan desain atau model politik yang-untuk orang Indonesia-sangat canggih sekali. Semua jalinan kompleks peristiwa itu mengakumulasi dan menggumpal membentuk satu gerakan tunggal, yaitu kontestasi makna. Lagu Genjer-Genjer diproyeksikan sedemikian rupa menjadi arena kontestasi kekuasaan. Dalam terminologi Barthesian, ada upaya pembengkokan sejarah dan memutar-balikkan fakta-fakta yang dilakukan oleh aktor-aktor hegemonik lewat produksi-reproduksi mitos. Distorsi makna tingkat dua (Genjer-Genjer sebagai “hanya” lagu rakyat) di kreasi kembali secara simbolik diatas sistem semiotik lain. Ada dugaan bahwa lagu Genjer-Genjer digunakan oleh PKI sebagai motif untuk memperluas pengaruh ideologisnya dan juga menjadi kode-kode morse (kata sandi) di kalangan politbiro PKI. Sedangkan bagi Orde Baru, lagu Genjer-Genjer menjadi alibi untuk menggulung PKI (lewat budaya plesetan dan parodi sistem tanda). Skema politis ini tidak akan terwujud tanpa didukung oleh peran-peran media (pers, radio dan televisi). Kontrol elite politik atas media massa membantu menjelaskan bahwa ada dualitas makna dalam diri Genjer-Genjer. Satu sisi, Genjer-Genjer menjadi ekspresi kebudayaan ketika hadir dalam etalase media (sebagai objek konsumsi). Akan tetapi, juga sekaligus perilaku politik ketika simbol-simbol (morse) itu dibaca. Saya mengajak pembaca untuk ikut terlibat dalam permainan canggih elite politik tempo dulu. Oleh sebab itu, mengapa lagu Genjer-Genjer bisa menjadi fenomenal sehingga dilarang oleh Orde Baru? Padahal Lagu rakyat itu hanya menceritakan kehidupan petani miskin di pedesaan Jawa?

Kata Kunci : Musik Populer; Pemberontakan


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.