Kasus-kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga dalam Cerpen-cerpen Djenar Maesa Ayu
IZZUN, Izzun
2007 | Skripsi | Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (dh. Ilmu Sosiatri)Isu KDRT juga sudah merambah ke dunia sastra (sebagai bagian dari media cetak), mulai dari roman, novel, cerita pendek (selanjutnya disebut cerpen), hingga puisi. Topik karya sastra cukup banyak yang membicarakan masalah KDRT dan mengusung isu ini dalam kerangka seksualitas ataupun gender (keduanya saling terkait). Sastra menjadi media penyampaian informasi baik berupa kasus-kasus nyata maupun opini, pendapat ataupun ide tentang perilaku KDRT. Dalam realitas perjalanannya, karya sastra ikut dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sosial budaya masyarakat pada zamannya.cerpen-cerpen Djenar yang membicarakan masalah KDRT dalam kaitannya dengan seksualitas perempuan yang teralienasi dan terpinggirkan. Melalui ide-idenya, Djenar mencoba menggali lebih dalam mengenai isu ini menjadi kasus-kasus aktual dalam cerpen-cerpennya. Isi cerita dalam cerpen-cerpennya bervariasi dengan menguak kasus KDRT yang terjadi dalam kehidupan masyarakat perkotaan saat ini. Perilaku KDRT pun banyak yang ditampilkan secara gamblang. Djenar berbicara tentang kekerasan yang dilakukan antarpasangan, kekerasan seksual dan perlindungan integritas diri, kekerasan terhadap anak perempuan di bawah umur,dan sebagainya. Obyek penelitian ini adalah perkara, peristiwa, kejadian, perilaku, tindakan atau kasus KDRT dalam relasi seksualitas yang “merepresentasi” realitas sosial, sebagaimana dikisahkan dalam cerpen-cerpen Djenar: Lintah, Jangan Main-Main (dengan Kelaminmu), Menyusu Ayah, Ha… Ha… Ha…, dan Suami Ibu, Suami Saya. Penelitian ini menggunakan metode semiotika. Cara kerja metode ini yaitu dengan melakukan interpretasi terhadap keberagaman tanda sehingga memperoleh pemaknaan terhadap keberagaman tanda tersebut. Karena menggunakan feminist paradigm maka penggunaan perspektif perempuan juga diperlukan di sini. Beberapa cerpen Djenar terlihat “membuka” norma tradisional dalam ruang privat yang terlarang. Paling tidak terdapat tiga pemberontakan “norma tradisional” dalam penelitian ini. Bahwa sebenarnya wacana seksualitas juga merupakan wacana kekuasaan, maka KDRT juga menggambarkan relasi kekuasaan. Karena berbicara dalam konteks kekuasaan dan kontrol dalam patriarki, maka pemusatan kekuasaan berada pada phallus yang dimiliki laki-laki. Kekuasaan menjadikan pelaku KDRT sebagai pihak dominan yang menentukan “baik”, “buruk”, “benar”, maupun “salah” mengenai segala hal dalam rumah tangga. Jika terdapat kesalahan yang dilakukan,maka pihak dominan akan menggunakan kekuasaannya untuk menghukum pelaku kesalahan. Dengan demikian sesungguhnya motif pelaku KDRT melakukan kekerasan adalah pelaku tidak bisa menerima seksualitas maupun pengaturan gender korban yang menyimpang dari norma patriarki yang dialamiahkan.
Kata Kunci : Kekerasan Rumah Tangga; Cerpen; Djenar Maesa Ayu