Laporkan Masalah

Dinamika Konflik Masyarakat Urban di Sekitar Kawasan Industri (Studi Tentang Konflik Kelurahan Papanggo dan Sungai Bambu Dengan Kawasan Industri Sunter II, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara)

BAHRI, Syamsul, Syamsul Bahri

2007 | Skripsi | Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (dh. Ilmu Sosiatri)

Manusia hidup tak lepas dari konflik, karena setiap orang memiliki cara hidup yang khas, dan dapat dipastikan konflik seusia dengan peradaban manusia. Konflik dapat diartikan sebagai hubungan antara dua pihak/lebih (individu/kelompok) yang memiliki atau merasa memiliki sasaran, kepentingan dan kebutuhan yang tidak sejalan. Hubungan bertetangga antara kawasan industri dan pemukiman penduduk dapat saling menguntungkan juga sebaliknya dapat saling merugikan. Kawasan Industri Sunter II yang berdiri sejak dekade 1970, berdampingan letaknya dengan pemukiman penduduk di Kelurahan Papanggo dan Sungai Bambu, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Konflik yang terjadi diantara keduanya berusia 30 tahun lebih. Dinamika konflik yang dimaksud adalah perubahan bentuk konflik yang terjadi, walaupun akar dari konflik-konflik tersebut cenderung sama. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana dinamika bentuk konflik yang terjadi dan faktor penyertanya serta penyebab dibalik konflik tersebut. Teori transformasi konflik Simon Fisher berasumsi bahwa, konflik disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi. Konflik antara masyarakat Kelurahan Papanggo dan Sungai Bambu dengan Kawasan Industri Sunter II diwarnai oleh ketidaksetaraan secara ekonomi dan ketidakadilan. Penelitian ini berlokasi di Kelurahan Papanggo dan Sungai Bambu, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Lokasi tersebut merupakan daerah kawasan industri dengan pemukiman padat disekitarnya. Subyek utama penelitian ini adalah warga Kelurahan Papanggo dan Sungai Bambu, sedangkan unit analisisnya adalah masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive atau bertujuan, informan yang diambil adalah warga masyarakat, pengurus wilayah dan karyawan perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa konflik yang terjadi disebabkan oleh adanya ketidakpuasan masyarakat akan kesenjangan sosial serta ekonomi antara kedua belah pihak dan tidak adanya jarak antara keduanya, sehingga dampak dari kawasan industri dapat dirasakan langsung oleh warga. Konflik tersebut berwujud pada konflik ganti rugi lahan, dampak lingkungan dan masalah yang paling aktual saat ini, yaitu perekrutan tenaga kerja. Eskalasi konflik tersebut kepada kekerasan, berwujud dalam tindakan demonstrasi, pelemparan batu dan sampah kewilayah pabrik oleh masyarakat. Resolusi konflik yang terjadi selama ini kurang efektif, karena sebagian besar tidak menyelesaikan persoalan dan hanya menekan konflik agar tidak timbul di permukaan, sehingga menjadi konflik laten yang dapat meledak jika mendapat pemicu yang tepat. Kendala yang menyebabkan resolusi konflik kurang efektif adalah kurang terjalinnya komunikasi yang baik antara kedua belah pihak. Dialog intensif terjadi jika eskalasi konflik menuju kekerasan. Akar dari konflik tersebut adalah kesenjangan dan kecemburuan sosial yang terjadi antara kedua belah pihak. Untuk mengelola konflik tersebut adalah dengan mewujudkan komunikasi yang baik dan mengatasi kesenjangan dan kecemburuan sosial yang terjadi.

Kata Kunci : Konflik Masyarakat


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.