Relasi Dokter dan Pasien (Studi tentang Pola Hubungan Dokter dan Pasien dalam Pelayanan Kesehatan di Yogyakarta)
ZUHARA, Baiq Huriah, Baiq Huriah Zuhara
2007 | Skripsi | Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (dh. Ilmu Sosiatri)Perkembangan teknologi kedokteran dan teknologi informasi telah membawa dan mendorong perubahan yang sangat mempengaruhi pelayanan kesehatan. Walaupun perkembangan teknologi kedokteran yang super canggih tersebut dikatakan dapat memberikan hal yang sifatnya positif dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan, namun juga menimbulkan dampak yang negatif, yakni dunia kesehatan semakin mengarah kepada hal yang berbau bisnis. Segala sesuatu yang dapat meningkatkan derajat kesehatan manusia pasti dikaitkan dengan kapitalisme, salah satunya adalah pola hubungan dokter dan pasien. Berawal dari hubungan yang bersifat paternal kemudian beralih menjadi hubungan antar penyedia jasa dan konsumen yang lebih memperlihatkan sisi bisnisnya. Pola hubungan yang demikian tentu saja semakin membuat posisi masyarakat sebagai pengguna jasa layanan medis jauh terpuruk, sedangkan posisi superior masih berada pada posisi dokter, dengan segala kekuatan dan kekuasaan yang dimilikinya mampu mempengaruhi dan membentuk pasien. Keadaan tersebut didukung pula oleh kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang hal-hal yang berkaitan dengan dunia medis yang masih dirasakan kurang. Hal yang demikian akan mempermudah dokter untuk melakukan pendominasian informasi kesehatan terhadap pasien. Ketidakseimbangan informasi atau yang lebih sering dikenal dengan asymmetric information ini pun ikut andil terhadap munculnya miskomunikasi antar dokter dan pasien, yang berujung pada sengketa medis. Berdasarkan teori interaksionisme simbolis, bahwa manusia bertindak terhadap suatu hal didasarkan pada makna yang tersirat dalam sesuatu tersebut bagi mereka. Demikian halnya dengan masyarakat, khususnya pasien yang mendapatkan makna ketika berhadapan dengan dokter. Komunikasi merupakan stimulus yang kemudian direspon oleh pasien melalui proses pemikiran dalam dirinya yang kemudian membentuk tindakan atau perilaku tertentu terhadap hubungannya dengan dokter. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi dengan teknik wawancara dan pengamatan. Pada tahap awal digunakan quick survey terhadap 50 orang responden untuk mengetahui karakteristik konsumen. Pada tahap selanjutnya dilakukan wawancara terhadap 3 orang konsumen/pasien. Untuk keperluan cross check, dilakukan wawancara terhadap 2 orang dokter(umum dan gigi), seorang wakil dari pihak LKY, dan seorang wakil dari pihak Dinkes DIY. Penelitian ini mengemukakan bahwa pengetahuan dan pemahaman serta kesadaran pasien terhadap otonomi pasien dan pemberlakuan UU yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan masih kurang. Hal ini mempengaruhi perilaku pasien dalam pelayanan kesehatan, khususnya dalam relasi dokter-pasien. Salah satunya komunikasi yang masih belum bisa dilakukan secara baik karena ketersediaan waktu yang sempit, kemampuan dan ketrampilan dokter dalam berkomunikasi kurang serta ketakutan pasien untuk bertanya sehingga ketidakseimbangan informasi pun sering terjadi, yang pada akhirnya menimbulkan dampak terhadap ketidakpuasan pasien. Akan tetapi, hal tersebut tidak menghalangi perilaku pasien untuk tetap mengunjungi dokter karena rasa kepercayaan yang masih tinggi. Jalan keluar dalam menanggulanginya adalah peningkatan kesadaran masyarakat terhadap hukum melalui sosialisasi yang menyeluruh, interaksi dokter-pasien dalam ruang praktik, dan pelaksanaan undang-undang yang benar-benar diwujudkan supaya tindakan pelanggaran medis dapat diminimalisir.
Kata Kunci : Pelayanan Kesehatan; Relasi Dokter Pasien