Pemaknaan Ritual Mantunu dalam Upacara Pemaknaan Rambu Solo' (Studi Kasus tentang Pemaknaan Ritual Mantunu dalam Upacara Pemakaman Rambu Solo’ Tingkat Rapasan Sapu Randanan di Tongkonan Buntu Kalamb
RANTEALLO, Ikma Citra, Ikma Citra Ranteallo
2007 | Skripsi | SosiologiTongkonan Buntu Kalambe’ terletak di Kelurahan Buntu Barana’, Kecamatan Tikala Suloara’, Tana Toraja. Menurut data pada Bulan Oktober 2006 dari kelurahan ini, penduduknya berjumlah 2.047 jiwa, yang terdiri atas 34 Kepala Keluarga. Sebagian orang mungkin telah mengenal Tana Toraja melalui salah satu wujud kebudayaannya yang unik, yaitu upacara pemakaman rambu solo’. Upacara adat ini meliputi serangkaian ritual, salah satunya adalah ritual mantunu (meliputi penyembelihan kerbau dan pembagian daging) yang menjadi fokus kajian dalam tulisan yang berjudul: Pemaknaan Ritual Mantunu dalam Upacara Pemakaman Rambu Solo’ (Studi Kasus tentang Pemaknaan Ritual Mantunu dalam Upacara Pemakaman Rambu Solo’ Tingkat Rapasan Sapu Randanan di Tongkonan Buntu Kalambe’, Tana Toraja, Sulawesi Selatan). Meskipun hasil pendataan di Kelurahan Buntu Barana’ menunjukkan bahwa tidak satupun warga yang menganut Aluk Todolo (agama leluhur orang Toraja yang mengatur pelaksanaan upacara adat rambu solo’), namun ritual mantunu tetap dilaksanakan dengan penekanan yang lebih pada makna sosial budaya-nya. Mengapa hal ini terjadi? Apakah ada gejala yang mengacu pada pergulatan kepentingankepentingan tertentu dalam pemaknaan ritual ini, khususnya di sekitar Tongkonan Buntu Kalambe’? Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji bagaimana pemaknaan ritual mantunu, baik dalam kerangka religi maupun sosial budaya. Peneliti membandingkan pemaknaan masa lalu melalui tinjauan pustaka dan masa kini (masa penelitian yang dilakukan dari September-November 2006). Dalam hal ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan studi kasus pada struktur mikro masyarakat, yaitu ritual mantunu dalam upacara pemakaman rambu solo’ tingkat rapasan sapu randanan di Tongkonan Buntu Kalambe’. Teknik pengambilan data terdiri atas dua bagian, yaitu pengamatan partisipatif dan pemilihan informan dengan purposive sample (sampel bertujuan). Peneliti memilih informan yang berperan langsung dalam upacara adat ini. Pemaknaan ulang (reinterpretasi) religi sosial dan budaya terhadap ritual mantunu dapat dikaji melalui analisa sosiologis. Reinterpretasi religi ritual ini dapat ditelaah melalui beberapa konsep perubahan sosial. Makna religi terdahulu menganggap bahwa kerbau yang disembelih dalam ritual mantunu menjadi bekal bagi arwah orang yang meninggal di ‘dunia lain’ agar tetap hidup sebagaimana kehidupannya di dunia nyata. Pada masa kini, kerbau bukan lagi menjadi bagian yang penting dalam kehidupan setelah kematian, melainkan iman kepada Tuhan Yesus sesuai dengan ajaran Kristen Protestan. Peneliti menggunakan konsep Max Weber tentang power (kekuasaan),authority (otoritas), serta traditional action (tindakan tradisional) dalam reinterpretasi sosial budaya. Dahulu, ritual mantunu dengan simbol-simbol tertentu dapat menandai status tana’ bulaan dari orang yang meninggal, bahkan keluarganya. Pada masa kini, daging kerbau yang dibagikan dalam ritual ini telah menjadi sarana untuk menguatkan kembali status tana’ bulaan, kekuasaan, serta otoritas yang dimiliki seseorang pada masa lalu.
Kata Kunci : Upacara Adat; Toraja