Laporkan Masalah

Kopi dan Kedai Kopi: Konstruksi Budaya Ngopi Sebagai Gaya Hidup Sebuah Kasus di Cheers Coffe dan Movie Corner

AFRIYANI, Esti, Esto Afriyani

2007 | Skripsi | Sosiologi

Kopi dan kedai kopi merupakan komoditas budaya yang tiga tahun belakangan marak digemari oleh masyarakat Yogya dimana hal itu semakin memberikan tanda akan terbentuknya citra gaya hidup baru yang tumbuh subur terutama di kalangan anak muda. Ritual ngopi belakangan dijadikan ajang berekspresi dan bersosialisasi bagi anak muda lewat budaya nongkrong. Ada asumsi bahwa kebiasaan nongkrong di kedai kopi memiliki nilai lifestyle yang lebih tinggi, ini dibuktikan dengan bergesernya budaya ngopi yang tadinya sekedar ritual di pagi hari menjadi pilihan (gaya hidup) bagi anak muda. Fenomena tersebut melahirkan sebuah ketertarikan untuk mengetahui bagaimana proses budaya nongkrong di kedai kopi bisa menjadi komodifikasi gaya hidup bagi kaum muda. Coffee-shop dan budaya nongkrong bukanlah isu baru, akan tetapi dia dapat hadir sebagai hal yang bersoal. Sebagai meaningful object, coffee-shop dibaca sebagai sebuah artefak budaya masyarakat urban yang terkait dengan praktek sosial dan kemudian telah diberikan label a social profile or identity. Budaya ngopi dan coffee-shop yang mengusung budaya anak muda (youth culture) diketahui hadir sebagai medan sirkuit kebudayaan yang menyorot empat momen budaya, produksi, konsumsi, representasi, dan identitas. Berangkat dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, analisis terhadap coffee-shop mampu menggambarkan fenomena budaya nongkrong yang diketahui mengkonstruksi budaya ngopi. Pembacaan atas fenomena budaya itu mempertegas unsur-unsur yang dibangun antara lain aktor yang terlibat; konsep budaya nongkrong dan budaya ngopi serta perubahan fungsi yang berlangsung di dalamnya. Hal itu membawa kita pada bagaimana menguraikan budaya ngopi sebagai konstruksi identitas budaya nongkrong. Bentuk konstruksi yang mempengaruhi budaya ngopi diantaranya batasan-batasan sumber daya, ideologi, dan fokus geografi. Budaya ngopi telah menjadi pilihan gaya hidup bagi anak muda umumnya untuk memenuhi representasi identitas anak nongkrong yang ideal. Ada tiga isu yang mengemuka dari hasil pembacaan penulis atas representasi dari coffee-shop tersebut,[a] konsep anak nongkrong teridealisasi, yang dalam kasus ini tentu diwakili oleh citra mapan (high-profile) dan profil personel komunitas eksklusif coffee-shop; [b]posmodernisme, yang menjadikan coffee-shop sebagai media untuk mencapai kepentingan posmodernisme melalui situs produksi, konsumsi dan representasi; dan [c] kelas, isu lain yang muncul karena coffee-shop terkait dengan budaya nongkrong (industri waktu luang) yang diasumsikan sebagai salah satu penanda bagi kelas menengah atas. Di bagian terakhir dari analisis, kita akan mengetahui bahwa coffeeshop memberikan makna atas praktek konsumsi budaya material dalam masyarakat modern.

Kata Kunci : Gaya Hidup; Ngopi


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.