Carok Harga Diri dan Kekerasan (Studi tentang Akar Kekerasan dalam Tradisi Carok di Masyarakat Madura)
WELAS, Yuke, Yuke Welas
2007 | Skripsi | SosiologiCarok merupakan institusionalisasi kekerasan dalam masyarakat Madura yang sering dilakukan oleh orang Madura yang merasa dilecehkan harga dirinya. Pengertian carok tidak pernah lepas dari kata pertarungan yang identik dengan kekerasan dimana dalam banyak kasus carok yang terjadi pasti berakhir dengan suatu tindakan pembunuhan. Carok dalam pandangan masyarakat Madura merupakan semacam pertolongan terhadap diri sendiri (self help). Dalam konteks ini, motif dan latar belakang yang menjadi pemicu carok selalu dikaitkan dengan harga diri dan perasaan malu. Dalam setiap permasalahan konflik yang menyangkut pelecehan harga diri selalu diselesaikan dengan carok. Karena apabila orang Madura tidak melakukan pembalasan terhadap pihak lawan, maka dia akan dicemooh masyarakat sebagai orang tade’ ajina (tidak ada lagi harganya). Sehingga untuk memulihkan dan mengembalikan kapasitas diri (harga diri) yang dianggap telah hilang karena telah dilecehkan orang lain, maka dilakukan carok. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan hasil observasi lapangan serta mengumpulkan data dari wawancara respoden berusaha mengungkap akar kekerasan dari carok dan makna harga diri dalam carok bagi masyarakat Madura. Proses perjalanan waktu yang sangat panjang mengkondisikan orang Madura seakan-akan tidak mampu untuk mencari dan memilih opsi atau alternatif lain dalam upaya mencari solusi ketika mereka sedang mengalami konflik, kecuali melakukan carok yang dianggap lebih memenuhi rasa keadilan mereka. Carok selalu dilakukan sebagai tindakan penyelesaian akhir dari suatu permasalahan. Carok tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan masyarakat Madura, karena carok sudah menjadi kultur yang identik dengan masyarakat Madura dalam mengekspresikan perilaku kekerasan. Dalam pandangan masyarakat Madura, menghina harga diri sama dengan melukai seseorang secara fisik. Dalam kehidupan masyarakat Madura, terutama masyarakat pedalaman, harga diri seseorang dan keluarga masih dijunjung tinggi dan selalu dipertaruhkan sekalipun nyawa taruhannya. Selain sebagai tindakan pembalasan terhadap orang yang melakukan pelecehan harga diri, carok oleh sebagian pelakunya dipandang sebagai alat untuk meraih posisi atau status sosial yang lebih tinggi sebagai orang jago dalam lingkungan komunitas mereka atau dalam lingkungan dunia blater. Bahkan dengan posisi dan status sosial ini, mereka dapat pula meraih kedudukan formal dalam lingkungan institusi formal atau birokrasi yaitu menjadi kepala desa. Seiring dengan perjalanan waktu diharapkan perlahan-lahan perilaku kekerasan carok dapat dihilangkan dalam kehidupan masyarakat Madura. Meski hal tersebut tidaklah mudah, karena sebagian masyarakat Madura masih menganggap carok sebagai bagian dari eksistensi identitas mereka sebagai orang Madura
Kata Kunci : Antropologi; kekerasan