Laporkan Masalah

Beri Kami Kesempatan Studi Tentang Dinamika Kulturisasi Etnis dan Aktualisasi Politik Etnis Tionghoa di Belitung Timur

AKBAR, Idil, Idil Akbar

2006 | Skripsi | Politik dan Pemerintahan (dh. Ilmu Pemerintahan)

Pergulatan identitas di tengah-tangah minoritas etnis Tionghoa di Indonesia seolah tak akan pernah habis untuk diperbincangkan. Demikian pula tentang fenomena kultural pada etnis Tionghoa yang hingga saat ini masih menjadi polemik. Banyak pula sudah wacana-wacana etnisitas yangmenempatkan etnis Tionghoa pada pada wacana konflik dan kekerasan. Wacana-wacana yang kemudian mendikotomikan antara mayoritas-minoritas dan dominan-subordinat. Semua ini adalah realitas yang perlu disikapi secara bijaksana. Tentunya untuk lebih memahami makna kebhinekaaan dari suatu bangsa bernama Indonesia. Ketika Indonesia, terutama Jawa memahami persoalan etnis dan etnisitas pada fenomena yang selalu dipenuhi dengan konflik sosial dan budaya, maka luar Jawa, terutama di Belitung dan Belitung Timur menampakkan suatu fenomena yang berbeda. Fenomena yang berlangsung di Belitung, khususnya Belitung Timur adalah sebuah fenomena tentang terjadinya proses kulturisasi. Proses kulturisasi adalah sebuah konsep pembauran yang berlangsung terjadi melalui proses asimilasi dan akulturasi yang berjalan beriringan. Kulturisasi dalam hal ini dipandang sebagai proses dimana masing-masing kebudayaan yang ada mampu menunjukkan eksistensinya tanpa adanya pola yang bersifat “pemaksaan budaya” dan dominasi kebudayaan mayoritas terhadap minoritas. Penelitian ini fokus pada kultur etnis Tionghoa dan kulturisasi etnis yang terjadi. Secara implisit dalam penelitian ini akan menunjukkan sebuah perbedaan tentang bagaimana integrasi antara etnis Tionghoa dan masyarakat mayoritas belangsung. Efek penting dari proses kulturisasi yang berlangsung di Belitung Timur adalah terselenggarakannya proses aktualisasi politik etnis Tionghoa yang itu direpresentasikan dengan terpilihnya Basuki Tjahaja Purnama, atau biasa disapa Ahok sebagai kepala daerah Kabupaten Belitung Timur. Ahok dalam hal ini telah menjadi salah satu icon dan simbol dari perjuangan etnis guna memperoleh haknya yang setara sebagai warga negara. Belitung dan Belitung Timur sebagai sebuah entitas lokal bisa dijadikan refleksi sosial bagaimana dinamika etnis berjalan disana yang berlangsung secara alamiah (natural). Pada kenyataanya, lokal mampu menciptakan kondisi sosial yang kondusif, jauh dari konflik dan kekerasan. Perbedaan, dalam pandangan masyarakatnya, bukanlah menjadi sesuatu yang perlu diributkan. Dan jika dilihat pada realitasnya justru instrumen politiklah (sistem, aktor dan kebijakan) yang menciptakan kondisi yang konfrontatif. Instrumen sosial (kultur dan nilai) di tingkat lokal justru tidak menujukkan gejolak apapun. Tionghoa tetaplah warga negara Indonesia. Perbedaannya akan sangat bijak bila tidak dipersoalkan secara tajam. Seperti halnya etnis-etnis yang mendiami tanah Indonesia lainnya, mereka perlu diperlakukan sama. Belitung dan Belitung Timur telah menujukkan bahwa antara mayoritas dan minoritas dapat hidup berdampingan secara damai dan harmonis.

Kata Kunci : Konflik Etnisitas; Tionghoa


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.