Kontrol Masyarakat Lokal Terhadap Perilaku Penghuni Pondokan di Panembahan Kraton Yogyakarta
FEBRIANI, Dely, Dely Febriani
2006 | Skripsi | Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (dh. Ilmu Sosiatri)Kota Jogjakarta yang memiliki citra sebagai Kota Pelajar dan Kota Budaya menjadi sebuah daya tarik bagi ribuan pelajar dan mahasiswa dari luar kota untuk datang menuntut ilmu. Tuntutan untuk hidup mandiri sudah menjadi konsekuensi bagi pendatang yang tidak memiliki famili di kota ini. Maka yang selanjutnya menjadi pilihan adalah menyewa rumah/kamar sebuah pondokan sebagai tempat tinggal sementara. Pilihan pondokan ini sangat beragam. Mulai dari yang serba lengkap sampai yang minimalis. Ada yang memilih diawasi oleh pemiliknya atau yang ingin bebas tanpa induk semang. Ada yang memilih dekat dengan kampus atau malah yang jauh dari kampus. Masyarakat terdiri dari berbagai kelompok yang saling berinteraksi dan masing-masing dapat mempunyai kepentingan dan nilai yang berbeda. Konflik nilai bisa terjadi antar generasi dan ini terjadi karena perbedaan orientasi nilai antar generasi muda dan generasi tua. Di satu pihak, generasi tua memandang generasi muda yang telah melakukan hal yang berlawanan dengan nilai yang dianut secara umum telah melakukan penyimpangan nilai. Di lain pihak, generasi muda memandang generasi tua bersikap kolot. Berdasar pada pemikiran ini maka peneliti berusaha untuk mengetahui bagaimana sebenarnya perilaku penghuni pondokan di tengah-tengah masyarakatnya. Selain itu juga, peneliti mencoba mencari tahu kontrol yang dimiliki oleh masyarakat lokal dalam mengendalikan perilaku masyarakatnya tidak terkecuali penghuni pondokan sebagai komunitas pendatang di daerah tersebut sebagai upaya meminimalkan tindak-tindak penyimpangan nilai-nilai sosial budaya, seperti nilai ramah tamah, sopan santun maupun tata krama. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan mengambil lokasi di kelurahan Panembahan, kecamatan Kraton, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi ini merupakan pemukiman masyarakat dimana pondokan sebagai komunitas terkecil dalam komponen masyarakat tersebut sehingga keberadaannya dapat dikontrol dan dikendalikan oleh masyarakat lokal selaku pihak mayoritas. Informan yang diwawancarai dalam proses pencarian data berjumlah 16 orang, yang terdiri dari penghuni pondokan, pemilik pondokan dan masyarakat sekitar. Terdapat beberapa bentuk kontrol masyarakat yang dirasa sampai saat ini tetap eksis keberadaannya namun tidak mampu berfungsi secara maksimal. Kontrol itu antara lain berupa pergunjingan mengenai perilaku penghuni kos yang dianggap menyimpang serta teguran-teguran yang sifatnya hanya sekedar memberi peringatan belaka tanpa ada tindak lanjutnya. Selain itu nilai budaya Jawa, yang salah satunya adalah tepa selira (toleransi), pada masyarakat ini justru melemahkan kontrol yang ada karena toleransi yang diberikan terlalu berlebihan. Kontrol masyarakat pada lingkungan tersebut sampai saat ini kurang mampu menunjukkan “kekuatannya” untuk mengendalikan anggotanya. Kekuatan pada masyarakat berkurang juga dikarenakan oleh kurangnya kegiatan-kegiatan yang mungkin dilakukan untuk memperkuat solidaritas dan meningkatkan kepekaan masyrakat terhadap lingkungannya. Ketidakmengertian masyarakat mengenai Perda Pondokan yang di dalamnya mengatur mengenai peran serta masyarakat untuk menjaga keamanan dan ketertiban terkait dengan keberadaan pondokan juga merupakan salah satu penyebab semakin memudarnya peran nilai-nilai masyarakat sebagai pengontrol sikap masyarakatnya.
Kata Kunci : Pondokan; Masyarakat Lokal