Interansionalisasi Pergerakan dan Pemikiran Ikhwanul Muslimin: Analsis tyerhadap Konsep dan Kebijakan
SEKAMDO, Muhammad Aga, Muhammad Aga Sekamdo
2001 | Skripsi | Ilmu Hubungan InternasionalDalam konflik Aceh, perempuan adalah korban lapis bawah yang mengalami kesengsaraan paling dalam. Perempuan menjadi pihak yang digunakan sebagai alat perang (weapons of war), karena perempuan dianggap milik lawan. Dalam setiap perundingan damai yang dilakukan, perempuan yang sebenarnya adalah korban terbesar tidak pernah dilibatkan. Pasca MoU Helsinki perempuan Aceh bangkit kembali untuk mengembalikan harkat mereka yang telah lama “beku” pasca kemerdekaan utamanya pasca rezim Soeharto. Pasca MoU Helsinki perempuan Aceh kembali bangkit dalam berbagai organisasi sosial. Perempuan Aceh kembali muncul ke permukaan untuk memperoleh hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara, mengetahui hakhak yang seharusnya mereka dapatkan di masa damai. Perempuan Aceh aktif melakukan gerakan dalam upayanya meningkatkan keberdayaan di ruang publik. Dalam tesis ini ada dua organisasi yang menjadi pusat kajian, yakni LINA dan MISPI. Efektifitas organisasi sosial yang bergerak dalam bidang pemberdayaan perempuan dianalisis dengan menggunakan pendekatan Mobilisasi Sumber Daya. Mobilitas Sumber Daya akan melihat kemampuan organisasi dalam membangun jaringan, sumber pendanaan, dan media massa. Struktur mobilisasi sumber daya erat kaitannya dengan kemampuan organisasi dalam melakukan gerakan dan akan menentukan goals atau tujuan utama gerakan. Kata Kunci: Konflik, weapons of war, MoU Helsinki, organisasi sosial, LINA, MISPI, Mobilisasi Sumber Daya.
Kata Kunci : Hubungan Internasional, Islam