Peran Serikat Buruh Dalam Sistem Politik Jepang(1950-1987)
MUHAMMAD Arofah,
1998 | Skripsi | Ilmu Hubungan InternasionalPenelitian ini dilakukan dengan pemicu perubahan sosial yang terjadi pada kebebasan pers di Indonesia. Hal ini memberikan ruang bagi media massa melakukan kritik terhadap berbagai kebijakan pemerintah. Kritik yang penting dan menarik untuk dikaji di penelitian ini adalah Kolom Wayang Durangpo. Kolom yang ditulis Sujiwo Tejo di harian Jawa Pos ini melakukan kritik sosial menggunakan tokoh dan peristiwa tertentu dari epos Mahabarata dan Ramayana. Kajian terhadap kritik sosial ini dilakukan dalam tiga bagian yang terwujud dalam rumusan masalah penelitian, yaitu: (1)Bagaimana kritik sosial yang dilakukan Sujiwo Tejo di Kolom Wayang Durangpo dalam harian Jawa Pos? (2)Bagaimana kritik yang dilakukan Sujiwo Tejo di Kolom Wayang Durangpo terhadap pemerintahan SBY-Boediono? (3)Bagaimana representasi tokoh-tokoh pewayangan yang digunakan untuk mengkritik pemerintahan SBY-Boediono di kolom Wayang Durangpo? Penelitian ini menggunakan kerangka teori kritik sosial, hiburan dan sistem penandaan tingkat dua (mitos). Pendekatan yang dipilih untuk mensistematiskan analisis adalah semiotika model Roland Barthes. Sumber data penelitian yaitu lima episode teks Kolom Wayang Durangpo dan tiga orang costumer culture. Pengumpulan data berupa teks dilakukan dengan teknik arsip, sedangkan wawancara digunakan untuk memperoleh data dari costumer culture. Hasil penelitian menujukkan kritik sosial dalam kolom Wayang Durangpo, baik secara ekplisit maupun implisit, ditujukan kepada pemerintah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), maupun masyarakat. Kritik tersebut sebagian besar berdasarkan pada prinsip-prinsip moral yang berlaku di masyarakat atau kritik sosial dengan kategori principled social criticism. Namun kritik sosial ini oleh pembaca kemudian diibaratkan sebagai hiburan. Artinya pembaca memperoleh hiburan dari epos Mahabarata atau Ramayana sekaligus dari kritik sosial dalam kolom tersebut. Dengan demikian kolom Wayang Durangpo, paralel dengan gagasan Neil Postman dalam bukunya Amusing Ourselves To Death, lebih diperlakukan sebagai teks hiburan daripada ‘manuskrip’ yang memuat kritik sosial. Temuan kedua dalam penelitian ini adalah terjadi domestikasi sikap kritis kolom Wayang Durangpo ketika mengulas institusi pemerintah yang bernama Perusahaan Listrik Negara (PLN). Hal ini terjadi sebagai imbas pimpinan tertinggi Jawa Pos, Dahlan Iskan, juga menduduki posisi sederajat di PLN. Di sisi lain, kritik sosial yang sering dialamatkan pada SBY-Boediono juga dipicu afiliasi politik Sujiwo Tejo yang berada di bawah naungan Yusuf Kalla. Ketiga, terjadi perubahan representasi terhadap tokoh-tokoh pewayangan dalam kolom Wayang Durangpo ketika melakukan kritik sosial. Tokoh-tokoh ini tidak selalu merujuk pada tokoh dari epos Mahabarata atau Ramayana, namun juga dapat merepresentasikan tokoh tertentu yang dikritik dalam kolom tersebut. Kata kunci: Kritik sosial, hiburan, representasi
Kata Kunci : Peran Serikat Buruh