Laporkan Masalah

POPULISME DALAM REFORMULASI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA DI ERA REFORMASI

NUGROHO, BAMBANG WAHYU , Purwo Santoso

2010 | Tesis | Ilmu Politik

Sebagai bangsa yang kemerdekaannya diraih dengan keterlibatan kekuatan rakyat semesta, nasionalisme Indonesia terbangun dari semangat populisme. Dalam keterbatasan kapasitas ekonomi dan militer pasca kemerdekaan, Berbagai kebijakan luar negeri Rl juga mendapatkan sambutan dan dukungan kuat dari kekuatan massa. Namun dalam perjalanan sejarah, akibat elitisme di jaman kekuasaan Soeharto, membuat kebijakan luar negeri mengalami elitisasi. Pengaruh massa diredam. Kebijakan dijalankan hampir secara personal oleh presiden Soeharto sehingga politik luar negeri Rl menjadi tak terlembaga baik. Perubahan sistem politik di era Refonnasi sejak jatuhnya kekuasaan Presiden Soeharto menciptakan peluang untuk melakukan refonnulasi dan pelembagaan temadap PLNRI. Sementara itu dalam kurun satu dasawarsa era Reformasi di Indonesia (1998·2008) panggung politik dunia telah mengalami banyak perubahan dan dinamika yang menghadirkan peluang serta tantangan bagi politik luar negeri Republik Indonesia, khususnya globalisasi ekonomi dan transfonnasi isu-isu intemasional. Ketidakjelasan profit PLNRI pada awal masa Refonnasi menjadi sebuah tantangan intelektua!, yakni bagaimana menjelaskan "profit" PLNRI yang sering kali disimplifikasi sebagai "tak berprofil" belaka. Refonnasi memberi peluang kembalinya populisme, namun implementasi kebijakan luar negeri Rl terkadang masih tampak elitis. Sebuah kombinasi yang menantang analisjs ilmiah. Oleh karena itu secara khusus karya ini juga mendeskripsikan faktor-faktor pembentuk profit implementasi kebijakan luar negeri Rl di era Refonnasi. Tiga bingkai analisis yang· akan digunakan dalam karya ini yakni teori perimbangan ancaman (balance of threat theory), argumen perimbangan kepentingan (balance of interest argL!ment), dan model mobilisasi politik (political mobilization model). Ketiga pendekatan tersebut disebut sebagai pendekatan realisme neoklasik yang berusaha menyempumakan pendekatan realisme struktural. Berdasarkan bingkai analisis tersebut dirumuskan dua variabel independen yakni intensitas tekanan intemasional dan penyelarasan antara kepentingan elit dan publik domestik. Dari situ dapat disusun lah tipologi yang menunjukkan empat varian profil PLNRI, yakni populisme aktif, populisme reaktif, populisme semu, dan non populisme. Keempatnya merupakan ragam profil PLNRI yang terdapat di dalam implementasi PLNRI di era Reformasi. Dengan memanfaatkan metode analisis teks dan wacana, akan dibuktikan bahwa kedua variabel di atas menjadi pembentuk ragam profil implementasi PLNRI. Dalam tekanan internasional yang kuat, semakin tidak selaras kepentingan elit dan massa, PLNRI semakin tidak populis, dan dalam tekanan internasional yang lemah, semakin tidak selaras kepentingan elit dan massa, populisme PLNRI semakin semu. Kata-kata kunci: politik luar negeri bebas-aktif, realisme neoklasik, e/itisme, populisme, tekanan intemasional, penyelarasan domestik.

As a nation that gained its independence with the involvement of people power. Indonesian nationalism was awakened by the spirit of populism. In the limited capacity of postindependence economic and military, various implementation of Indonesia's foreign policies also be welcomed and got strong support from the power of the masses. But in the course of history, due to elitism in the Soeharto era, made foreign policy to be elitisized. Influence from people muted. The policies were run almost personally by President Suharto so that Indonesia's foreign policy becomes uninstitutionalized. Changes of political system in the Reformasi era {reforms) since the fall of President Suharto created opportunities to reformulate and institutionalize of Indonesia's foreign policy. Meanwhile, during the first decade of Reform era in Indonesia (1998-2008) world political scene has undergone many changes and dynamics that presents opportunities and challenges toward Indonesia's foreign policy, particularly the transformation of economic globalization and international issues. Ambiguity of Indonesia's foreign policy profile at the beginning of the Reformasi era became an intellectual challenge, namely how to explain the "profile" that often be simplified as just "no-profile". Reforms provides an opportunity to the spirit of populism to back in, however the implementation of Indonesia's foreign policy sometimes seems elitist. It's a challenge for scientific analysis. Therefore, this work also specifically describes the factors forming the profile of implementation of Rl's foreign policy in the era of the Reform. Three frames of analysis that will be used in this work namely the balance of threat theory, balance of interest argument, and political mobilization model. The three approaches are referred to as neoclassical realism approach that tries to improve the structural realism approach. Based on the frame of analysis, it formulates two independent variables namely the intensity of international pressure and alignment between the interests of domestic elites and the public. Based on this argument, a typology can be constructed which shows the four variants of PLNRI profile, namely active populism, reactjve populism, pseudo populism, and non-populism. Using text and discourse analysis methods, this work wi11 proof that such two variables influence to Rl's foreign policy implementation. In the strong international pressure, the less aligned the interests of elites and masses, the foreign policy increasingly populist, and in a weak international pressure, the less aligned the interests of elites and masses, the populism increasingly apparent. Keywords: free-and-active foreign policy, neoclassical realism, elitism, populism, international pressure, domestic alignment.

Kata Kunci : Politik Luar Negri Indonesia

  1. S2-ISP-2010-BAMBANG_WAHYU_NUGROHO-Abstract.pdf  
  2. S2-ISP-2010-BAMBANG_WAHYU_NUGROHO-Bibliography.pdf  
  3. S2-ISP-2010-BAMBANG_WAHYU_NUGROHO-Tableofcontent.pdf  
  4. S2-ISP-2010-BAMBANG_WAHYU_NUGROHO-Title.pdf