HAKIKAT MANUSIA MENURUT KONFUSIUS DAN RELEVANSINYA DENGAN PELAKSANAAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA
SRI POEDJIASTOETI, Prof. Dr. Lasiyo, M.A., M.M.
2017 | Disertasi | S3 Ilmu FilsafatINTISARI Disertasi ini berjudul Hakikat Manusia Menurut Konfusius dan Relevansinya dengan Pelaksanaan Hak Asasi Manusia di Indonesia. Penelitian ini membahas salah satu ajaran Konfusius yang masih relevan sampai sekarang, yaitu manusia. Manusia adalah makhluk dinamis yang nampak dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam kehidupannya. Peristiwa itu ada yang bermanfaat, namun ada pula yang menimbulkan persoalan. Salah satu persoalan yang muncul adalah berkaitan dengan pelaksanaan hak asasi manusia, seperti kekerasan, ketidakadilan dan intoleransi. Konfusius muncul sebagai salah seorang yang memberikan perhatian pada manusia dalam rangka untuk memperbaiki kondisi masyarakat Cina pada masa itu yang mengalami kekacauan. Syarat untuk membangun dan menata kembali masyarakat Cina adalah membentuk manusianya terlebih dahulu menjadi manusia yang lebih baik. Ketika setiap individu sebagai anggota masyarakat merupakan manusia yang baik, maka akan menciptakan masyarakat yang baik pula. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui latar belakang pemikiran Konfusius tentang manusia, hakikat manusia menurut Konfusius, bagaimana humanistik Konfusius, memahami humanistik Konfusius, dan menemukan relevansi hakikat manusia dalam ajaran Konfusius dengan pelaksanaan hak asasi manusia di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan yang bercorak kualitatif. Objek material penelitian ini adalah pemikiran Konfusius tentang manusia dan objek formalnya adalah filsafat manusia yang secara khusus tentang manusia ideal. Metode yang digunakan metode kualitatif filosofis dengan analisis data adalah kesinambungan historis, verstehen, interpretasi, dan heuristik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemikiran Konfusius tentang manusia adalah chun tzu. Chun tzu adalah seseorang yang dapat mewujudkan unsur-unsur dan segala dimensinya sebagai manusia dan menyeimbangkan unsurunsur dan segala dimensinya dalam kehidupan. Chun tzu bukan lagi untuk menyebut keturunan bangsawan, melainkan untuk menyebut seseorang yang memiliki keutamaan watak dan perilaku. Siapa pun dapat menjadi chun tzu melalui proses belajar berdasarkan prinsip jen yang berorientasi internal dan prinsip li yang berorientasi eksternal. Chun tzu akan mewujudkan diri dalam masyarakat dengan melaksanakan wu lun. Chun tzu dalam bertindak berdasarkan kebajikan dan perannya dalam masyarakat karena chun tzu mengutamakan hubungan antarmanusia dan kehidupan bermasyarakat yang harmonis, dan dalam memenuhi kebutuhannya yang merupakan bawaan hakikat manusia sebagai hakhaknya tidak melampaui batas dan sesuai dengan keseimbangan atau keadilan. Adapun relevansinya dengan pelaksanaan hak asasi manusia di Indonesia adalah chun tzu dapat menjadi salah satu contoh untuk mengolah diri untuk mengatur dan memperbaiki sikap dan perilaku seseorang.
ABSTRACT The dissertation entitled The Nature of Human Being According to Confucius and Its Relevance to the Implementation of Human Rights in Indonesia. The research examines one of Confucius teaching that is still relevant today, specifically human being. Human beings are the dynamic creature visible from the various events that happen in their life. Some events are useful, but some are causing problems. One of the problems is related to human rights such as violence, injustice, and intolerance. Confucius emerged as one who gave attention to human being in order to reform Chinese society was turmoil at that time. The requirement to reform was to mould Chinese people into a good people or a superior man. When each individual was a good person, it would create a good society as well. The research objectives are to address the background of Confucius concept of human being, to examine Confucius concept of human being, to understand of Confucius humanistic, and to describe and analyze the relevance of Confucius human nature to the implementation of human rights in Indonesia. The research belongs to library research which the material object is Confucius concept of human being and the formal object is philosophical anthropology particularly is the ideal man. The research employed descriptive method regarding the figure by applying historical, verstehen, interpretation, and heuristic. The result of this research indicated that Confucius concept of human being is chun tzu or gentleman. Chun tzu is a people who has manifested the elements and dimensions of human being are balanced and harmonious. Chun tzu did not refer to hereditary noblemen again, instead of a people who has a high virtue. Anyone can be chun tzu by cultivating the self-based on principles of jen and li which are internal and external orientation respectively. Chun tzu manifests the self in society by carrying out five relationships. Chun tzu behaves in accordance with virtue and role in society since chun tzu emphasize harmonious human relations and social life. Chun tzu fulfills the needs which are innate human nature and constitute rights is not excessive, yet compatible with justice and fairness. The relevance to the implementation of human rights in Indonesia is that chun tzu can be an exemplar to an individual to cultivate the self to improve and organize one attitude and behaviour.
Kata Kunci : Kata kunci : filsafat manusia, chun tzu, hak asasi manusia di Indonesia