PERHITUNGAN FAKTOR EKSPLOITASI DAN FAKTOR KOREKSI PADA PENEBANGAN JATI DI KPH KENDAL DIVISI REGIONAL JAWA TENGAH
CLARA DIBTANING S, Dr. Ir. Nunuk Supriyatno, M.Sc.
2017 | Skripsi | S1 KEHUTANANFaktor eksploitasi merupakan indikator efisiensi pemanfaatan potensi hutan yang menunjukkan persentase bagian pohon yang dimanfaatkan. Perhitungan terhadap faktor koreksi sangat penting untuk mengetahui hal-hal yang mungkin menimbulkan kerusakan batang di lapangan dan mengimbangi adanya kesalahan yang mungkin terjadi dalam perhitungan volume tegakan. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besaran nilai faktor eksploitasi dan faktor koreksi pada penebangan jati. Penelitian di lakukan KPH Kendal Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah. Perhitungan faktor eksploitasi dilakukan dengan membandingkan volume pohon realisasi di lapangan dengan volume batang yang seharusnya dapat termanfaatkan. Faktor koreksi berdasarkan data lapangan membandingkan volume realisasi yang tercantum pada DK-316 dengan volume taksiran pada data klemstat, sebagai pembanding dilakukan perhitungan faktor koreksi pada setiap Bagian Hutan dengan menggunakan data volume taksiran dari PDE-10 dan data volume realisasi dari Laporan Defitinif KPH pada tahun 2012-2016. Besarnya nilai faktor eksploitasi pada penebangan jati di KPH Kendal sebesar 0.97, dengan nilai limbah (volume tidak termanfaatkan) sebesar 0,03%. Nilai faktor eksploitasi mendekati 1 memiliki nilai kategori baik. Nilai faktor koreksi yang didapat berdasarkan volume realisasi lapangan sebesar 1,087 yang menunjukkan bahwa penaksiran yang dilakukan sedikit under estimate, namun pada perhitungan berdasarkan data PDE-10 dan Laporan Definitif menunjukkan nilai faktor koreksi BH Subah sebesar 0.87, BH Kalibodri sebesar 0.69 dan BH Kaliwungu sebesar 0.92. Rata-rata faktor koreksi kurang dari 1, yaitu sebesar 0,83 maka penaksiran yang dilakukan over estimate atau jumlah volume tebangan lebih kecil dibanding volume taksiran.
The exploitation factor is an indicator of utilization efficiency of timber utilization in the harvesting operation. Calculation of the correction factor is very important to know the difference between standing volume and harvested volume in the field and compensate for any errors that may occur in the calculation of standing volume. This study aims to calculate the value of exploitation factor and correction factor on teak harvesting. Research was conducted in KPH Kendal Perum Perhutani Regional Division of Central Java. The exploitation factor was calculated by comparing the volume of realization timber volume in the field with the volume of felled. The correction factors based on field data compared to the realization volumes listed on DK-316 to estimated volumes during klemstat data, as a comparison of the correction factor for each Sub Management Unit, using the estimated volume data from PDE-10 and the realization volume data from the KPH DefinitiveReport in the years 2012-2016. The value of exploitation factor on teak harvesting in Kendal KPH is 0.97, with the value of waste (unused volume) of 0.03%. The value of exploitation factor which is close to 1 has a good category value. The correction factor value obtained based on field observation volume totalled to 1.087, indicates that the estimation standing volume is slightly under estimate, but the calculation based on PDE-10 data and the Definitive Report shows the correction factor of Sub Management Unit Subah is 0.87, Sub Management Unit Kaliwungu is 0.69 and Sub Management Unit Kaliwungu is 0.92. The average correction factor is less than 1, that is 0.83. Estimate teak standing volume is over estimate or the amount of felling volume is smaller than the estimated volume.
Kata Kunci : penebangan, faktor eksploitasi, faktor koreksi