Hubungan Antara Tingkat Keparahan Maloklusi dengan Status Psikososial Pekerja Sales Promotion di Pusat Perbelanjaan Wilayah Kota Surakarta
DESMA NURUL FALAH, Prof. Dr. drg. Pinandi Sri Pudyani, S.U., Sp.Ort(K); drg. Dyah Karunia, Sp.Ort
2017 | Skripsi | S1 PENDIDIKAN DOKTER GIGIPekerja sales promotion harus memiliki penampilan dan wajah yang menarik dalam melayani konsumen. Prevalensi maloklusi di Indonesia masih sangat tinggi Maloklusi memiliki pengaruh negatif pada aspek bicara, penampilan dan psikososial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat keparahan maloklusi dengan status psikososial pekerja sales promotion di Pusat Perbelanjaan Wilayah Kota Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional. Subjek penelitian terdiri dari 60 pekerja sales promotion yang telah memenuhi kriteria yaitu bersedia menjadi subjek penelitian, berusia 18-30 tahun, merupakan pekerja sales promotion yang bersifat reguler, tidak sedang menjalani perawatan ortodonti. Pengukuran tingkat keparahan maloklusi menggunakan Dental Aesthetic Index (DAI), sedangkan untuk mengukur status psikososial menggunakan Psychosocial Impact of Dental Aesthetics Questionnaire (PIDAQ). Uji analisis untuk mengetahui hubungan tingkat keparahan maloklusi dengan status psikososial menggunakan Product Moment Pearson. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang signifikan(p<0,05) dan sedang antara keparahan maloklusi dengan status psikososial dengan koefisien korelasi yang negatif (-0,518). Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat keparahan maloklusi yang tinggi akan menurunkan status psikososial pekerja sales promotion.
The sales promotion representatives should have interesting appearance and face while serving their customers. Malocclusion prevalence in Indonesia is still essentially high. The malocclusion has negative effect in the speech, appearance, and psychosocial aspects. The objective of this study is to find out the correlation between the malocclusion severity level with the psychosocial among the sales promotion representatives in the shopping centers in Surakarta city. Cross-sectional method is employed in this study. The subjects of this study consist of 60 sales promotion representatives who have met the criteria namely: willing to be the subject of the study, aged 18-30 years-old, regular sales promotion representatives, and not serving the orthodontic treatment. Dental Aesthetic Index (DAI) is employed in the measurement of malocclusion severity level; meanwhile, the Psychosocial Impact of Dental Aesthetic Questionnaire (PIDAQ) is employed in the measurement of psychosocial status. In addition, Product Moment Pearson is employed in the analysis test to find out the correlation of malocclusion severity level to the psychosocial status. The results of this study show that there was significant correlation (p<0.005) and moderate correlation between the malocclusion severity to the psychosocial status with negative correlation coefficient (-0.518). It can be concluded that the high malocclusion severity level will decrease the psychosocial status of sales promotion workers.
Kata Kunci : Maloklusi, Status psikososial, Pekerja sales promotion/ Malocclusion, Psychosocial status, Sales promotion workers.
