POLITIK TRAH DI DESA KARANGBRAI, KECAMATAN BODEH, KABUPATEN PEMALANG
FARID MUDATSIR, Longgina Novadona Bayo, S.I.P., M.A.
2017 | Skripsi | S1 ILMU PEMERINTAHAN (POLITIK DAN PEMERINTAHAN)Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dominasi politik dari trah Wongsomerto di desa Karangbrai sejak tahun 1903 sampai 2012. Dominasi trah Wongsomerto di pangung politik desa memang pernah tercerabut dalam satu priode (2001-2005) yakni ketika Casmidi yang bukan trah Wongsomerto menduduki jabatan kepala desa. Namun pada tahun 2006 Casmirah dari trah Wongsomerto “merebut†kembali kekuasaan politik desa itu dengan terpilihnya dia sebagai kepala desa dan menjabat kepala desa sampai tahun 2017. Kembalinya trah Wongsomerto dalam panggung politik di desa Karangbrai menunjukkan bahwa jaringan kekerabatan dan penguasaan sumber ekonomi desa menjadi faktor penentu dalam membangun loyalitas mendukung eksistensi trah tersebut. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan melakukan wawancara mendalam dan pengumpulan data-data skunder sesuai dengan kebutuhan studi. Adapun rumusan masalah yang penulis ajukan adalah: Bagaimana Casmirah sebagai keturunan Trah Wongsomerto dapat mempertahankan dominasi kekuasaan di desa Karangbrai melalui pilkades 2006 dan 2012? Dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian tersebut, penulis menggunakan tiga kerangka teoritik sebagai kerangka analisis yakni teori politik kekerabatan ,teori patron-klien dan modalitas dalam kontestasi politik. Ketiga kerangka teoritik itu saling melengkapi: dengan politik kekerabatan digunakan untuk memotret bentuk-bentuk relasi kekuasaaan dan kekerabatan. Adapun patron-klien dan modal digunakan untuk mengungkap pola relasi trah Wongsomerto dengan para pendukungnya (klien) untuk meraih dukungan politik dalam rangka memenangkan setiap kontestasi elektoral di desa Karangbrai. Temuan penting dalam penelitian ini adalah bahwa untuk menguasai panggung politik di desa Karangbrai tidak cukup bermodalkan uang saja tetapi harus diikuti dengan penguatan jaringan kekerabatan dan penguasaan modal sosial-ekonomi di desa tersebut.
The purpose of this study is to reveal the political dominance of the Wongsomerto trah in the village of Karangbrai from 1903 to 2012. The dominance of the Wongsomerto trah in village politics was once deported in one period (2001-2005) when Casmidi was elected head of village, not a Wongsomerto. But in 2006 Casmirah from the Wongsomerto trah "seized" the village's political power by his election as village head and head of the village until 2017. The return of the Wongsomerto trah in the political stage of Karangbrai village shows that the kinship network and the mastery of the village's economic resources are a factor Determinants in building loyalty support the existence of the trah. In this study, the authors use qualitative research methods, by conducting in-depth interviews and collection of secondary data in accordance with the needs of the study. The formulation of the problem that the authors propose is: How Casmirah as a descendant of Wongsomerto Trah can maintain the dominance of power in the village of Karangbrai through Pilkades 2006 and 2012? In order to answer the research questions, the author uses three theoretical frameworks as the analytical framework of the kinship political theory, patron-client theory and modalities in political contestation. The three theoretical frameworks are complementary: the kinship policy is point of view the forms of power relations and kinship. The patron-client and capital are used to reveal the pattern of Wongsomerto's trah relationships with its supporters (clients) to gain political support in order to win every electoral contestation in Karangbrai village. An important finding in this research is that to master the political stage in Karangbrai village is not enough money but must be followed by strengthening the kinship network and mastery of socio-economic capital in the village.
Kata Kunci : jaringan kekerabatan (trah), patron-klien, modal sosial-ekonomi