Demokratisasi Hong Kong dan Makau di Bawah One Country, Two System

ALFRIN, Dr. Nur Rachmat Yuliantoro, S.Ip., M.A. (IR)

2017 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

Hampir dua dekade telah berlalu sejak Hong Kong dan Makau kembali dibawah kedaulatan Cina. Tetapi, kedua kawasan ini memiliki reaksi yang berbeda terhadap kebijakan Cina yang mencoba untuk memperkuat pengaruhnya dalam kehidupan politik mereka. Masyarakat Hong Kong menunjukkan permintaan terhadap otonomi yang lebih luas, secara spesifik mengenai demokratisasi sistem politik. Kontras dengan Hong Kong, Makau muncul sebagai entitas politik yang lebih menuruti kontrol Cina dan dianggap Beijing sebagai contoh sukses "One Country, Two System". Dengan latar belakang tersebut, skripsi ini akan mencoba untuk melihat perbedaan reaksi tersebut dengan membandingkan proses demokratisasi di Hogn Kong dan Makau Riset ini akan memanfaatkan pendekatan faktor eksternal dalam demokratisasi. Pendekatan ini berargumen bahwa lingkungan internasional memiliki pengaruh terhadap proses demokratisasi. Salah satu variabel yang dimanfaatkan pendekatan ini adalah melihat peran pengaruh kekuatan besar dan masyarakat sipil global. Skripsi ini akan berargumen bahwa peran negara kolonial dan Cina memiliki dampat terhadap demokratisasi kedua kawasan tersebut. Disisi lain, Masyarakat sipil global memiliki peran yang terbatas tetapi penting dalam proses demokratisasi dimana pengaruh mereka dimedia oleh struktur domestik di Hong Kong dan Makau. Struktur domestik tersebut memiliki peran langsung terhadap pengaruh aktor transnasional dan tuntutan dari masyarakat sipil untuk mencari dukungan internasional dimana dalam kasus ini dapat menjelaskan perbedaan Hong Kong dan Makau dalam menanggapi isu demokrasi.

Almost two decades have passed after the return of Hong Kong and Macau into Chinese sovereignty. However, both regions react differently towards China's policy in assuming stricter control over the political establishment. While Hong Kong's society are showing more demand for autonomy, specifically on the full democratization of the city state, Macau shows more compliance towards China controls and is regarded by Beijing as a city that display the success of One China, Two Systems. With this background, this research focus in questioning the strong support of democratization in Hong Kong and the lack of political demand in Macau by comparing the democratization process in both regions. The research employs the approach of external factors of democratization. This approach argues that international environment could affect the process of democratization. One important independent variable of the approach looks at the role of international actors, namely the great powers and global civil society. The roles of colonial powers and China's interest in post-World War Hong Kong and Macau had certain influence towards society demand for democratization in both regions. Meanwhile, global civil society had a limited, yet important roles in the democratization process as their influence had been mediated by domestic structures of the state. The difference of Hong Kong and Macau domestic structures affect the transnational actor's influence and the demand from the society to search for international supports, which in the end explains the difference of Hong Kong and Macau demand for democratization.

Kata Kunci : Democratization, Hong Kong, Macau, Global Powers, Transnationalism