HUBUNGAN ANTARA RESILIENCE DENGAN KECEMASAN PADA PENYALAH GUNA NAPZA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
HANIN ASSYIFA, Sri Warsini, S.Kep., Ns., M.Kes., Ph.D; Akrim Wasniyati, S.Kep., Ns., MPH
2017 | Skripsi | S1 ILMU KEPERAWATANLatar Belakang: NAPZA merupakan zat yang dapat mempengaruhi susunan saraf pusat dan menimbulkan kecanduan. Oleh karena itu seorang pecandu wajib menjalani rehabilitasi dan dapat menjalaninya di panti rehabilitasi atau lembaga pemasyarakatan. Meskipun telah menjalani rehabilitasi, tidak ada jaminan bagi penyalah guna untuk terbebas dari NAPZA karena relapse dapat terjadi. Seorang penyalah guna NAPZA membutuhkan kekuatan untuk lepas dari ketergantungan NAPZA yang disebut resilience. Resilience merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan. Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan antara resilience dengan kecemasan pada penyalah guna NAPZA di Lembaga Pemasyarakatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan jenis analitik korelatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Yogyakarta dan Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Yogyakarta pada Bulan Februari 2017. Pemilihan subyek penelitian menggunakan metode purposive sampling dan melibatkan 80 responden. Instrumen resilience yang digunakan merupakan instrumen yang disusun oleh Pertiwi (2011) dengan berdasarkan pada komponen resilience menurut Grotberg dan dimodifikasi oleh Dewi (2015). Sementara itu, pengukuran kecemasan menggunakan Zung Self Rating Anxiety Scale (ZSAS) yang dialih bahasakan oleh Syarifah (2013). Analisis data menggunakan analisis Pearson. Hasil: Sebagian besar responden memiliki tingkat resilience rendah (58,75%, n=47) dan tidak mengalami kecemasan (56,25%, n=45). Sementara, Koefisien Korelasi Pearson bernilai -0,585 (p=0,000) yang menunjukkan kekuatan korelasi kuat dengan arah negatif. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara resilience dengan kecemasan pada penyalah guna NAPZA di Lembaga Pemasyarakatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Background: NAPZA (Drugs, Psychotropic, Alcohol and Other Addictive substance) is Substances affect the central nervous system and cause addiction. Therefore an addict is obliged to undergo rehabilitation and can run it in rehabilitation or correctional institution. There is no guarantee that rehabilitated abusers will be free from addiction of NAPZA because relapse might be occurred. A NAPZA abusers require power to escape from a drug addiction called resilience. Resilience is one of the factors of anxiety. Objective: Understanding relationship among resilience with anxiety on NAPZA abusers in correctional institution of D.I Yogyakarta Province. Method: The study was non experimental (analytic correlative) by cross sectional design the study was conducted in Correctional Institution grade 2 A Yogyakarta and Drugs Correctional Institution grade 2 A Yogyakarta during February 2017. Selecting a subject of study using purposive sampling method and involved 80 respondent. Resilience Instrument adopted from study of Pertiwi (2011) and resilience component based on modification instrument of Grotberg by Dewi (2015). While, measurement of anxiety adopted Self Rating Anxiety Scale (ZSAS) that was translated by Syarifah (2013). Data analysis used Pearson analysis. Result: Resilience level of most respondent were low (58,75%, n=47) and most of respondent were not experiencing anxiety (56,25%, n=45). Value of Pearson Correlation Coefficient -0,585 (p=0,000) showed strength power with negative direction. Conclusion: There are significant relationship between resilience with anxiety on NAPZA/drugs abusers in Correctional Institution of D.I Yogyakarta Province.
Kata Kunci : Kecemasan, NAPZA, penyalah guna NAPZA, resilience