Smokol di Pantai Barat Sulawesi Tengah:Saling-Silang Ekonomi Maritim dan Politik di Masa Transisi 1947-1967

WILMAN DARSONO, Dr. Sri Margana, M.Phil

2017 | Tesis | S2 Ilmu Sejarah

Pantai Barat terhubung dengan pusat-pusat perdagangan di pesisir utara Kalimantan dan Kepulauan Sulu melalui jalur pelayaran. Saat negara bangsa terbentuk, pelayaran ke wilayah itu menjadi terlarang karena adanya batas negara. Jalur pelayaran ini kembali ramai dilayari perahu layar yang membawa kopra dari Pantai Barat pada 1947-1967. Ada dua jalur utama smokol Pantai Barat yaitu Pantai Barat - Sitangkai (Filipina) dan Pantai Barat - Tawau (Kalimantan Inggris). Tesis ini mengaji tentang penyelundupan yang terjadi di wilayah Pantai Barat Sulawesi Tengah sebagai bagian dari fenomena saling silang ekonomi-maritim selama masa pergolakan politik nasional dan daerah antara tahun 1947-1967. Pertanyaan pokok dari studi ini adalah (1) Mengapa terjadi aktivitas smokol di wilayah Pantai Barat Sulawesi Tengah? (2) Bagaimana persinggungan antara aktivitas smokol ini dengan persoalan ekonomi maritim dan politik di masa itu? (3) Bagaimana penyelundupan dilakukan dan siapa saja yang terlibat dalam penyelundupan itu? (4) Apa pengaruh smokol terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di wilayah itu? Hasil penelitian ini menemukan bahwa smokol merupakan cara paling efektif dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari oleh masyarakat Pantai Barat. Aktivitas ini dimotovasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup mereka, sekaligus ingin memiliki barang mewah yang ada di negeri tetangga. Banyak orang terlibat dalam aktivitas ini, dan dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu penyelundup (pelaut, pedagang, dan petani) dan para penumpang gelap (Bajak Laut Moro, Momoc Merah, Taukeh, dan militer). Berlayar bersama-sama, mempersenjatai perahu, menyogok dan memberi upeti kepada aparat atau pejabat negara di tingkat lokal adalah cara untuk menjinakkan hambatan yang mereka hadapi dalam melakukan smokol. Situasi politik pasca Perang Dunia II ikut memberi pengaruh terhadap aktivitas smokol di Pantai Barat. Sitangkai, dan lebih khusus lagi Tawau menjadi pintu masuk keterlibatan negara-negara asing dalam pergolakan politik di Indonesia pada tahun 1950-1965. Kondisi ini dapat dikatakan sebagai upaya saling memanfaatkan. Akibat smokol, masyarakat Pantai Barat beralih dari kehidupan ekonomi agraris ke ekonomi dagang. Daya beli masyarakat pun ikut meningkat, terbukti dengan hadirnya berbagai barang-barang mewah produk luar negeri. Keadaan ini terhenti oleh konfrontasi Indonesia - Malaysia. Pasca konfrontasi, smokol kembali ilegal.

The West coast is connected with trading centers on the north coast of Borneo and the Sulu Islands by shipping line. When nation states are formed, voyages into this region become forbidden because of each state draw their borders. This cruise line was crowded once more because the emerging of copra trade from the West Coast in 1947-1967. There were two main lines of West Coast smokol namely West Coast - Sitangkai (Philippines) and West Coast - Tawau (Borneo United Kingdom). This thesis examines the smuggling that occurred in the West Coast region of Central Sulawesi as a part of the phenomenon of cross-cultural maritime during the period of national and regional political upheaval between 1947-1967. The main questions of this study are (1) why the smokol activity occurred in the West Coast of Central Sulawesi? (2) What is the relation of smokol activity and the maritime and political economic problems there? (3) What were the smuggling activities and who were involved there? (4) What was the effect of smokol on the socio-economic life of people in the region? The results of this study found that smokol was the most effective way of meeting the daily requirement of the West Coast community. This activity was motivated with the meet of various needs of their lives, as well as want to have luxury goods that exist in neighboring countries. Many people are involved in this activity, and could be classified into two groups namely smugglers (sailors, merchants, and farmers) and free riders (Moro Pirates, Momoc Red, Taukeh, and military). Sailing together, arming their boats, bribing and giving tribute to state officials or officials at the local level were ways to domesticated the difficulties which they faced in doing smokol. In post-World War II, the political situation influenced the smokol activity on the West Coast. Sitangkai, and more specifically Tawau became the entrance to foreign countries' involvement in political upheaval in Indonesia in 1950-1965. This condition can be said as an effort to utilized each other. As a result of smokol, West Coast communities shifted from an agrarian economic life to a trade economy. Public purchasing power also increased, this proved by the presence of a variety of luxury goods overseas products. This situation was halted by the confrontation of Indonesia - Malaysia. After the confrontation, smokol returned become illegal.

Kata Kunci : Kata Kunci: Smokol, Ekonomi Maritim, Politik, dan Pantai Barat. Keywords: Smokol, Maritime Economy, Politic, and West Coast