EVALUASI IMPLEMENTASI KONSEP AGROPOLITAN DI KAWASAN AGROPOLITAN BAGELEN, KABUPATEN PURWOREJO
KARINDANESIA CITRA ASRI, Doddy Aditya Iskandar, ST., MCP., Ph.D
2017 | Skripsi | S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAPenelitian ini bertujuaan untuk mengevaluasi strategi tata ruang agropolitan di Kabupaten Purworejo yang diawali dengan kebijakan nasional pada tahun 2002. Lokasi penelitian berada di Kawasan Agropolitan Bagelen. Fokus dari penelitian ini adalah menilai keberhasilan kebijakan tersebut dengan menganalisis sistem kawasan agropolitan, keterkaitan hinterland dengan pusat (rural-urban linkages) dan jaringan yang lebih luas (regional-interregional linkages), serta pengelolaan pengembangannya dilihat dari tata kelola, kelembagaan, inisiatif aktor lokal dan efisiensi penggunaan sumber daya lokal dalam mendorong percepatan pengembangan kawasan agropolitan. Maka dari itu teori utama yang digunakan sebagai acuan adalah konsep agropolitan, keterkaitan desa-kota dan pembangunan endogen. Penelitian ini dilakukan dengan theory based evaluation sebagai metode penelitian dengan pendekatan deduktif rasionalistik dengan teknik analisis deskriptif kualitatif dibantu kuantitatif spasial. Sampel dari penelitian ini diambil 20 desa secara purposive sesuai salah satu tujuan penelitian untuk mendeskripsikan sistem kawasan, keterkaitan desa-desa hinterland dengan desa pusat dan jaringan yang lebih luas. Pengumpulan data baik primer maupun sekunder yaitu melalui wawancara terstruktur terhadap pemangku kepentingan, kelompok tani, pengusaha lokal, dan pedagang pengumpul, observasi lapangan dan studi dokumentasi dari instansi pemerintah. Hasil dari penelitian ini yaitu sistem transportasi terpusat ke perkotaan purworejo, irigasi sudah cukup baik dan hanya sebagian kecil yang tadah hujan, telekomunikasi di daerah perbukitan buruk dan dataran rendah baik, kawasan sudah menunjukkan unsur gaya hidup kota dan diversifikasi ekonomi, adanya penggunan jaringan telekomunikasi untuk memasarkan hasil pertanian. Sistem pemasaran masih tradisional karena pasar agropolitan belum mampu menampung seluruh produk pertanian dikarenakan permodalan dan kurang luasnya jaringan pemasaran. Penetapan pusat agropolitan tidak bijak dan masih belum dapat melayani hinterlandnya. Hubungan antara desa hinterland dengan pusat kawasan setiap kota tani sudah terjalin dalam pemenuhan kebutuhan dasar namun belum ada keterkaitan setiap kota tani dengan kota tani utama dikarenakan aksesibilitas serta pasar di kota tani utama belum mampu mengakomodasi pemasaran hasil pertanian dan kurang lengkapnya fasilitas untuk melayani hinterland nya, tetapi ada keterkaitan semua kota tani ke perkotaan Purworejo. Dalam pengelolaan Kawasan Agropolitan masih lemahnya koordinasi antar stakeholder, proses perencanaan yang kurang partisipatif, dan kurangnya sumber permodalan. Pemerintah telah memberikan dukungan dan bantuan sehingga petani terbantu, tetapi tidak semua petani merasakan peningkatan kesejahteraan. Dengan adanya peran serta aktor lokal untuk membuka industri kreatif pengolah hasil pertanian dapat mendorong pengembangan kawasan agropolitan.
The research aims to evaluate agropolitan as spatial strategy in Purworejo Regency which was initiated with national policy in 2002. Location of this research was in Agropolitan Bagelen District. The focus of this research was an assessment of this policy in a way to analyze agropolitan district system, rural-urban linkages and regional-interregional linkages, management of development seen from governance, institutions, local actor initiative and efficiency local resource in encouraging the acceleration of agropolitan development. Therefore the main theory used as a reference was the concept of agropolitan, rural-urban linkages, and endogenous development. This research was conducted with the theory-based evaluation as a method with deductive rationalistic approach, descriptive-qualitative and quantitative of spatial analysis aided. Samples of this research were taken from 20 villages purposively according to one of the research objectives which was to describe the system of agropolitan district, hinterland-central linkages and the wider network. Data collection both primary and secondary was through structured interviews of stakeholders, farmer groups, local entrepreneurs, and gathering traders, also field observations and documentary studies from government agencies. The result of this research is transportation system is centralized to Purworejo as urban center, irrigation is good enough and only a small part of rain-fed, telecommunication in hilly area is bad and lowland is good. Agropolitan area already shows element of urban lifestyle and economic diversification, and there is usage of telecommunication to marketing agricultural products. The marketing system is still traditional because the agropolitan market has not been able to accommodate all agricultural products due to capital and lack of network marketing. Determination of agropolitan center is not wise and still cannot serve the hinterland. The relationship between hinterland village and center of each farmer's town area has been established in the fulfillment of basic needs but there is no linkage of each agropoles with main agropoles due to accessibility and market in the main agropoles has not been able to accommodate the marketing of agricultural products and lack of facilities to serve its hinterland, but there is a linkage of all agropoles to Purworejo. In the management of the Agropolitan Region, there is still weak coordination among stakeholders, less participation in planning process, and lack of capital resources. The government has provided support and assistance so that farmers are helped, but not all farmers feel the increase in welfare. With the participation of local actors to open the creative industries of agricultural processing can encourage the development of agropolitan area.
Kata Kunci : Kata kunci: Evaluasi, Agropolitan, Keterkaitan Desa-Kota, Pembangunan Endogen, Pengelolaan Wilayah / Keyword: Evaluation, Agropolitan, Rural-Urban Linkages, Endogenous Development, Regional Management