PERAN LOGISTIK DALAM FASILITASI PERDAGANGAN: PERBANDINGAN STRATEGI KEBIJAKAN LOGISTIK ANTARA SINGAPURA DENGAN INDONESIA

FAJAR WAHID ALIM, Dra. Siti Daulah Khoiriati, M,A.

2017 | Tesis | S2 Ilmu Hubungan Internasional

Kondisi Negara Indonesia yang berupa kepulauan (Negara Maritim) dan kebutuhan manusia yang semakin banyak menjadikan salah satu alasan mengapa Indonesia dikata perlu memiliki sistem transportasi nasional yang efektif dan efisien. Diharapkan dengan adanya transportasi tersebut mampu melayani angkutan barang yang selanjutnya dapat menurunkan biaya logistik. Jika dibandingkan dengan Singapura dalam hal pelayanan logistiknya, Singapura memiliki pelayanan yang efisien. Menurut Data Survei yang diterbitkan oleh LPI (Logistic Performance Index) Singapura selalu menduduki peringkat 5 besar sejak dilakukannya survey pertama pada tahun 2007, sedangkan Indonesia menempati posisi 43. Penyebab Indonesia berada diperingkat tersebut karena besarnya biaya pengiriman logistik baik untuk pengiriman dalam negeri maupun luar negeri, dan berbagai komoditas. Hambatan lainnya adalah proses dwelling time Indonesia yang memakan waktu sangat lama 6 hingga 7 hari jika dibandingkan dengan SIngapura hanya 1 hari. Penelitian ini akan mencari permasalahan mengapa Indoensia masih tertinggal peringkat LPI jika dibandingkan Singapura, dan bagaimana peran actor dalam menghadapi urusan perbaikan kinerja sistem logistik di Indonesia jika ditinjau dari Singapura. Dan bagaimana urusan terkait dwelling time di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak terjadi tumpang tindih kebijakan di Indonesia sehingga menjadi tidak efisiennya sistem logistik jika dibandingkan dengan Singapura. Pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan SISLOGNAS terkait upaya pembenahan kebijakan logistik Indonesia. Dan menetapkan surat HM.608/26/2/2/PTP-16 yang diterbitkan oleh PT Pelabuhan Indonesia II, terkait kenaikan tarif peti kemas. Dalam meningkatkan kinerjanya SIngapura menerbitkan Logistic Industry Transformation Map (ITM) yang selanjutnya muncullah beberapa kebijakan seperti TradeNet dimana kebijakan ini bertujuan untuk memudahkan proses administrasi.

The condition of the Indonesian State which is the archipelago (the Maritime country) and the growing need for humanity is one of the reasons why Indonesia is said to have an effective and efficient national transport system. It is expected that with this transportation able to serve the freight of goods which in turn can lower the cost of logistics. Compared to Singapore in terms of logistics services, Singapore has an efficient service. According to the Survey Data published by LPI (Logistic Performance Index) Singapore has always been incorporated in the top 5 since the first second of 2007, while Indonesia recovered position 43. The cause of Indonesia is ranked this because of the high cost of shipping logistics for both domestic and overseas delivery, and Various commodities. Another obstacle is the process of Indonesian residence time which is very long time 6 to 7 days when compared with SIngapura only 1 day. This research will look at the topic of why Indonesia still lags behind the ratings of LPI if offset by Singapore, and how its role in Indonesia when viewed from Singapore. And how related to the time of residence in Indonesia. The results show that there is a lot of policy overlap in Indonesia so the system is inefficient when compared to Singapore. The Government of Indonesia issued a policy of SISLOGNAS related to efforts to revise the logistics policy of Indonesia. And determine the letter HM.608 / 26/2/2 / PTP-16 issued by PT Pelabuhan Indonesia II, related to the increase in container tariffs. In improving its performance, Singapore released the Logistics Industry Transformation Map (ITM) which subsequently emerged in several locations such as TradeNet where this policy could facilitate the administration process.

Kata Kunci : Logiatic Performance Index, National Single Window, SISLOGNAS, dwelling time