RESPON MASYARAKAT TERHADAP INOVASI PENGEMBANGAN WISATA DI HUTAN KEMUNING DAN SEKITARNYA
MONICA RUMAHORBO, K.Fajar Wianti, S.Hut., M.Si.
2017 | Skripsi | S1 KEHUTANANWisata mampu menjadi alternatif untuk menambah pendapatan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Inovasi pembangunan wisata di Hutan Kemuning berasal dari Pemerintah yang salah satunya tertulis di dalam Perda Temanggung No.1 Tahun 2012 Tentang rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Temanggung Tahun 2011-2031 tepatnya pada pasal 103. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana respon masyarakat terhadap inovasi pembangunan di Hutan Kemuning. Respon tersebut berbentuk ya atau tidak yang artinya responden setuju/tidak serta bersedia membantu/tidak apabila inovasi dari pemerintah dilakukan. Penelitian menggunakan metode survei dan teori adopsi sebagai acuan untuk memperoleh respon masyarakat. Pengambilan data dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2016 dengan teknik wawancara. Wawancara dilakukan dengan panduan kuesioner yang disusun berdasarkan tahapan adopsi. Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin yang diterapkan di setiap populasi yaitu lima desa di sekitar Hutan Kemuning. Kelima desa tersebut ialah Desa Kemuning, Kebondalem, Bejen, Selosabrang, dan Tanjungsari. Jumlah anggota populasi yang diamati ialah 1944 KK dan diperoleh 376 KK sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan terdapat setidaknya delapan objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan di sekitar Hutan Kemuning menurut responden. Kedelapan objek tersebut berada di batas administrasi desa yang berbeda-beda. Dari lima desa yang diteliti, responden tiga desa memberikan respon ya atau setuju dan bersedia berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan wisata di Hutan Kemuning yaitu dari Desa Kemuning, Bejen, dan Tanjungsari. Responden dua desa lain yang memberikan respon tidak berasal dari Desa Kebondalem dan Selosabrang. Pembangunan wisata di Hutan Kemuning dan sekitarnya memiliki potensi dampak positif dan negatif. Potensi dampak positifnya ialah pembangunan wisata memicu terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sebagai buruh kerja atau terlibat sebagai pengelola. Potensi dampak negatifnya wisata ialah potensi munculnya konflik di antara stakeholder. Untuk menghindari konflik yang mungkin muncul antara masyarakat antar desa atau antara masyarakat dan perhutani, diperlukan koordinasi untuk mengawali kegiatan pembangunan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
Tourism can be an alternative to increase the income of people who live around forest. Innovation of tourism development in Hutan Kemuning comes from the government which one is written in the Temanggung Regulation Number 1, 2012 about Spatial Planning of Temanggung Regency in 2011-2031, precisely written in the 103th article. This study aims to find out how the community response to development innovation in Hutan Kemuning. The responses is in yes or no form which means the respondent agree/not and willing to help/not when the government innovation held. Survei method and adoption theory as a reference to obtain community response used in this study. Data collection was conducted in 2016, August-December. Interviews were conducted with a questionnaire guide that was prepared based on the adoption stage. Determination of the number of samples using Slovin formula applied in each five villages population around Hutan Kemuning. The five villages are Kemuning Village, Kebondalem, Bejen, Selosabrang, and Tanjungsari. The number of population members observed was 1944 families and 376 families was selected as samples. The result shows there are at least eight potential tourism attraction to be developed around Hutan Kemuning according to respondent. The eight objects are located in different administrative borders of the villages. Of the five villages studied, respondent from three of them responded yes or agreed and willing to participate in tourism development activities in Hutan Kemuning they are Kemuning Village, Bejen, and Tanjungsari. Respondent from two other villages that responded no are Kebondalem and Selosabrang Village. Tourism development has the potential to generate positive and negative impacts. The potential positive impact is triggers the opening of jobs and the potential negative impact is triggers some conflict between the stakeholders. To avoid possible conflicts between communities or between communities and perhutani, coordination is needed to initiate development activities so there will no stakeholder aggrieved.
Kata Kunci : Teori Adopsi, Adopsi Inovasi, Pembangunan Wisata, Respon Masyarakat;Adoption Theory, Innovation Adoption, Tourism Development, Community Response