Laporkan Masalah

Antara Netralitas dan Keberpihakan: Kiprah Palang Merah Indonesia (PMI) dan Nederlandsche Roode Kruis afdeeling Indonesie (NERKAI) di Jawa, 1945 - 1949

RIZKY EKA SAPUTRA, Dr. Abdul Wahid, M.Phil.

2017 | Skripsi | S1 ILMU SEJARAH

Peperangan tidak hanya persoalan membunuh dan menyakiti, tetapi juga menyelamatkan dan mengobati. Penelitian ini membahas mengenai kiprah PMI (Palang Merah Indonesia) dan NERKAI (Nederlandsche Roode Kruis afdeeling Indonesie) di Jawa selama Perang Kemerdekaan Indonesia 1945 - 1949, baik di medan pertempuran, maupun di luar medan pertempuran. Sebagai salah satu lembaga yang paling dibutuhkan selama periode perang, PMI dan NERKAI berada dalam posisi yang dilematik. Di satu sisi mereka harus tunduk pada pemerintahan yang menaunginya, di sisi yang lain mereka harus taat pada prinsip dasar gerakan Palang Merah Internasional. Tanggung jawab ganda yang dibebankan kepada kedua Palang Merah mengakibatkan mereka tidak dapat bekerja secara netral. Penelitian diarahkan untuk menjawab permasalahan mengapa kedua lembaga Palang Merah tidak dapat bekerja secara netral. Dengan menggunakan berbagai sumber yang tersedia, penelitian ini menemukan empat faktor yang mendorong sikap keberpihakan PMI dan NERKAI; pertama, status istimewa Palang Merah; kedua, kaburnya prinsip independen Palang Merah; ketiga, sentimen nasionalisme Indonesia; dan keempat, pengaruh militerisme Palang Merah.

War is not only matter of killing and hurting, but also matter of healing and saving life. This research discusses about the role PMI (Indonesian Red Cross) and NERKAI (Nederlandsche Roode Kruis afdeeling Indonesie) in Java during Indonesian Independence War 1945 - 1949, both in front line and outside war zone. As one of the most important institutions in wartime, the Red Cross (PMI and NERKAI) was in dilemmatic position. They had to obey the state for which they served, but on the other hand, they had to adhere to the fundamental principle of the International Red Cross. This dual function has to be carried by the two Red Cross organizations, led them to abandon their neutrality, the most important Red Cross principle. This study was designed to explain the reason why the two Red Cross organizations involved in Indonesian Independence War abandoning their neutrality principle. This research found out, at least, four aspects or factors influenced the partiality actions of the Red Cross, first, the special status of the Red Cross in wartime; second, the unclear definitions of Red Cross independent; third, sentiment of the Indonesian nationalism; fourth, the presence of militarism in the Red Cross.

Kata Kunci : Palang Merah, Netralitas, Perang, Medis, Revolusi, Red Cross

  1. S1-2017-329044-abstract.pdf  
  2. S1-2017-329044-bibliography.pdf  
  3. S1-2017-329044-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2017-329044-title.pdf